Murajaah
lebih utama dari pada menghafal. Tips ini sangat penting diperhatikan. Kadang,
kita lebih banyak berusaha menambah hafalan baru sementara hafalan lama
terbiarkan begitu saja. Muraja’ah (upaya mengulang-ulang hafalan) sebaiknya
dilakukan dengan bantuan teman seprofesi, artinya kita sama-sama murajaah
dengan teman yang berniat juga untuk menghafal Qur’an. Dengan bantuan kaset
rekorder dan atau audio dijital berformat MP3 pun sangat banyak diminati oleh
para calon-calon penghafal Qur’an. Mengulang-ulang hafalan harus dijadikan
rutinitas yang utama ketimbang menambah hafalan baru.
Jangan bergerak! Ya, jangan bergerak menuju hafalan baru bila hafalan lama atau hafalan yang baru saja dihafal belum benar-benar mantap di dalam memori kita. Beberapa orang hafidzh Qur’an yang pernah penulis temui mengatakan, usahakan menghafal ayat ibarat menghafal Al fatihah, seperti lancarnya kita membaca Al fatihah. Teksnya tidak lupa meskipun kita tidak terlalu konsentrasi untuk mengucapkannya. Gampang-gampang susah kan?
Raih kondisi
yang OK. Perhatikan waktu-waktu yang baik untuk menghafal. Biasanya, banyak
para penghafal Qur’an mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk menghafal dan
mengkhususkan waktu yang lain untuk sekedar mengulang hafalannya. Tetap
istiqomah dengan waktu tersebut, insya Allah bisa! Selain itu, mood juga sangat
berpengaruh. Ketika waktu menghafal Qur’an bertepatan pada saat mood belum
baik/mendukung, maka tangguhkan dulu. Sebab mood, kata para pakar kejiwaan,
berhubungan dengan suasana pikiran (ingatan). Ketika sedang mood sedih, kita
cenderung mengingat dan merekam hal-hal yang berhubungan dengan kesedihan,
begitu juga sebaliknya. Untuk itu perhatikanlah mood pada saat menghafal
Qur’an. Jika moodnya tidak mendukung, jangan bergerak, diam sejenak sampai mood
untuk menghafal hadir kembali..
Milikilah
bekal teoritis. Di sini penulis menganjurkan kepada para sahabat yang
berkeinginan atau berminat menghafal Qur’an, menghafal ala kadarnya, separuh
atau seluruhnya. Perlunya kita memiliki bekal teoritis tentang Al Qur’an. Yang
dimaksudkan di sini adalah ilmu-ilmu tentang Qur’an (‘ulumul qur’an),
dasar-dasar memahami tafsir Qur’an, asbabun nuzul juga penting. Mengapa perlu?
Sebab hal ini sangat dibutuhkan dalam mempertahankan semangat, mood, serta
mempermudah untuk menghafal Al Qur’an.
Keterampilan
Bahasa Qur’an. Bahasa Qur’an berbeda dengan bahasa Arab. Walaupun demikian,
ketika kita ingn memahami bahasa Qur’an terlebih dahulu kita harus memahami
bahasa arab, minimal beberapa kaidah yang digunakan sebagai modal untuk
menghafal Qur’an. Salah satu kajian dalam bahasa arab adalah ilmu nahwu dan
sharaf. Dengan memahami ilmu nahwu dan sharaf ini, insya Allah menghafal Qur’an
lebih mudah… Setelah penulis coba, sekali saja, sedikit, eh... ternyata
dahsyat! Muraja’ahnya nyaman dengan bekal si nahwu dan sharaf...
Terjemah
secara lafzhiyah sangat membantu. Inilah yang dirasakan penulis ketika dulu
pernah mencoba-coba menghafal Qur’an. (Memang, sekarang semangat menghafal ana
sudah kendor, wallahu a’lam). Disarankan, belajarlah tentang cara-cara
menerjemahkan Al Qur’an secara lafzhiyah untuk membantu menghafal (saja!!!).
Keterampilan menerjemah secara lafzhiyah tidak boleh digunakan dalam memahami
atau menggali kandungan Al Qur’an secara sembaran. Mengapa? Aduh… penulis kurang
tahu ya..., tanya ‘Ulama donk… Bagi penulis, keterampilan menerjemah sangat
membantu untuk mempermudah menghafal, mempermudah. TITIK.
Irama itu
penting sobat! Milikilah irama. Itulah cara beberapa orang untuk mengingat
ayat-ayat tertentu atau seluruhnya. Irama yang digunakan untuk menghafal Qur’an
sebaiknya spesifik. Seharusnya iramanya juga spesifik untuk setiap orang, untuk
setiap surah, bahkan kalau memungkinkan untuk setiap bagian hafalan dari surah
tertentu… Hal ini sangat membantu di dalam mengingat hafalan. Makanya tak
sedikit para hufadzh memiliki irama khas. Memiliki irama, sebenarnya mudah.
Boleh menggunakan irama khas pribadi, boleh juga mengikuti irama murattal dari
syaikh timur tengah, atau siapa aja deh... Asal jangan irama rock dangdut.
(Afwan, bercanda). Cukup dengan sering mendengarkan irama murattal, insya
Allah, kita lebih muda meniru iramanya.