Seorang kiai
melakukan perjalanan bersama santri-santrinya. Di tengah perjalanan, ternyata
masuk waktu (Zhuhur). Kemudian sang kiai, yang selalu mempunyai wudhu,
bertanya kepada para santrinya, “Apa kalian punya wudhu?”
“Tidak, Pak Kiai,” jawab santri-santrinya.
“Wudhu saja kalian tidak punya, apalagi duit …,”
seloroh sang kiai.
Canda yang
dilontarkan sang kiai tentu bukan tanpa pesan, melainkan menyisipkan nasihat
yang menawan. Tidak hanya mempraktikkan gaya nasihat yang cair dan alami, tapi
mencoba menggebah motivasi dan menggugah logika santri-santrinya; santri jangan
susah, maka raih peluang-peluang yang ada di depan mata. Betapa banyak peluang
dan hal-hal yang ringan dan gratis yang tersaji di hadapan mereka.
Sang kiai
mengingatkan, kalau hal-hal yang ringan dan gratis saja para santri tidak
punya, seperti wudhu, bagaimana dengan hal lainnya yang harus dicari sedemikian
rupa, misalnya duit atau kekayaan?
Pesan utama
yang dipraktikkan sang kiai kepada para santrinya adalah bagaimana ia terus
melazimkan wudhu. Sebab, banyak keutamaan dalam wudhu. Seorang Bilal bin Rabah
bisa menjadi penghuni surga karena wudhu, bahkan kabar tersebut sudah ia terima
sejak masih menjejakkan kakinya di muka bumi ini alias masih hidup.
Abu Hurairah
RA meriwayatkan bahwa Rasulullah bertanya kepada Bilal ketika shalat Fajar,
“Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau amalkan
dalam Islam, karena aku sungguh telah mendengar gemerincing sandalmu di
tengah-tengahku dalam surga.”
Bilal berkata,
“Aku tidaklah mengamalkan amalan yang paling kuharapkan di sisiku, hanya aku
tidaklah bersuci di waktu malam atau siang, kecuali aku shalat bersama wudhu
itu sebagaimana yang telah ditetapkan bagiku.” (HR Bukhari).
Secara medis,
sudah diakui bahwa wudhu bisa menghilangkan mikroba yang bersarang dalam
hidung, yang jika mikroba ini cepat menyebar dan berkembang-biak, akan
menyebabkan munculnya berbagai penyakit. Lebih-lebih kalau sampai ke
tenggorokan, lalu masuk menerobos ke peredaran darah. Maka, berbahagialah orang
yang melazimkan diri berwudhu secara terus-menerus. Karena dengan istinsyaq
(menghirup air ke dalam hidung), lalu mengeluarkannya lagi, hidung bersih dari
debu, kuman, dan bakteri.
Bahkan, Prof
Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater sekaligus neurolog
berkebangsaan Austria, memeluk Islam lantaran berhasil menguak keajaiban yang
ada dalam wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia.
Adanya keselarasan air dengan wudhu dan titik-titik syaraf menjadikan kondisi
tubuh selalu sehat.
Manfaat secara
ilmiah dan medis ini hanya sebagian kecil dari berkah wudhu. Masih begitu
banyak hikmah lainnya dari amal yang ringan ini. Wudhu bisa menghapus dosa-dosa
kecil dan mengangkat derajat seseorang (HR Muslim).
Wudhu adalah
tanda dari pengikut Nabi SAW (HR Muslim). Wudhu bisa mengurai ikatan atau
jeratan setan (HR Bukhari-Muslim). Wudhu adalah separuh dari iman (HR Muslim).
Dengan wudhu, seorang Muslim juga bisa meraih kecintaan dari Allah:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tobat dan orang-orang yang
bersuci.” (al-Baqarah: 222).
Oleh Makmun Nawawi (Sumber: Republika/th)
Oleh Makmun Nawawi (Sumber: Republika/th)