Manfaat Pap
smear mampu mendeteksi lesi
prekursor pada stadium awal sehingga
lesi dapat ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif
(Crum, et al ., 2007). Manfaat Pap smear secara rinci dapat
dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
1. Diagnosis
dini keganasan
Pap
smear berguna dalam mendeteksi
dini kanker serviks, kanker korpus endometrium,
keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
2. Perawatan
ikutan dari keganasan
Pap
smear berguna sebagai perawatan
ikutan setelah operasi dan setelah mendapat
kemoterapi dan radiasi.
3. Interpretasi
hormonal wanita
Pap
smear bertujuan untuk mengikuti
siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa
ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan
keguguran pada hamil muda.
4. Menentukan
proses peradangan
Pap
smear berguna untuk menentukan
proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan jamur.
Interpretasi
Hasil Pap smear
Terdapat banyak sistem dalam
menginterpretasikan hasil pemeriksaan
Pap smear yaitu: sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem Bethesda. Klasifikasi
Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu:
1. Kelas I: tidak ada sel abnormal.
2. Kelas II: terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.
3. Kelas III: gambaran sitologi yang
dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.
4. Kelas IV: gambaran sitologi dijumpai
displasia berat.
5. Kelas V: keganasan.
Klasifikasi
ini banyak ditinggalkan karena (Kusuma dan Moegni, 2001):
1. Tidak mencerminkan pengertian neoplasia
serviks/ vagina
2. Tidak memiliki padanan dengan terminologi
histopatologi
3. Tidak mencantumkan diagnosis non kanker
4. Interpretasinya tidak seragam
5. Tidak menunjukkan pernyataan diagnosis
Pada
sistem CIN, pengelompokan hasil uji Pap smear terdiri dari (Feig, 2001):
1. CIN
I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma
pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium.
2. CIN
II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
3. CIN
III merupakan displasia berat atau
karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan sampai ke
basement membrane dari epitelium.
Tahun
1988 dan 1991 pertemuan para ahli sitopatologi melahirkan sistem Bethesda sebagai sistem pelaporan sitopatologi
baru yang bertujuan (Kusuma dan Moegni, 2001):
1. Menghilangkan kelas-kelas Papaniculaou
2. Menciptakan terminologi seragam memakai
istilah diagnostik
3. Memasukkan pernyataan adekuasi
4. Membuat sitologi sebagai konsultasi medik
antar ahli sitologi dan klinikus.
Selain
ini sistem Bethesda juga mengandung unsur (Kusuma dan Moegni, 2001):
1. Komunikasi yang efektif antara ahli
sitopatologi dan dokter yang merujuk
2. Mempermudah korelasi
sitologi-histopatologi
3. Mempermudah penelitian epidemiologi,
biologi dan patologi
4. Data yang dapat dipercaya untuk analisis
statistik nasional dan internasional.