Mungkin banyak yang tidak percaya bahwa, rutinitas keseharian dan disiplin waktu adalah salah satu penyebab otak jadi tumpul. Mengapa demikian?
Biasanya, seseorang yang mempunyai rutinitas keseharian, seperti rutinitas pekerjaan yang membutuhkan disiplin tinggi terhadap waktu akan mengurangi kreativitas. Pekerjaan yang rutin, yang dikerjakan setiap hari, jarang memunculkan hal-hal baru. Kita tahu bahwa, tantangan dan masalah adalah latihan untuk meng-upgrade kemampuan. Seseorang yang ahli dipekerjan yang dikerjakan secara rutin, bukan karena dia memang berbakat tentang itu, tetapi karena itu adalah sebuah kebiasaan.
Pekerjaan yang rutin, biasanya jarang menggunakan otak dan pikiran. Yang menggerakkan setiap hari adalah sebuah insting yang terkode dalam jam sirkandian (jam alami pada otak), yang akan mengingatkan secara otomatis. Jadi, otak semacam dipensiunkan jika mengerjakan pekerjaan yang rutin. Anda tidak usah berpikir, bagaimana seharusnya mandi, bagaimana cara menggosok gigi, karena itu adalah sebuah rutinitas. Lain halnya jika, hari ini adalah hari pertama dipekerjaan yang baru. Anda butuh tenaga dan pikiran ekstra untuk beradaptasi misalnya.
Contoh pekerjaan rutinitas adalah pekerjaan kantor. Disiplin waktu yang tinggi, dan pekerjaan yang dihadapi biasanya hanya sebuah siklus. Hari senin misalnya, mengumpulkan data, selasa mengolah data, rabu report data, kamis meeting, jumat perencaan untuk agenda minggu selanjutnya. Dari minggu keminggu pun begitu. Jika pekerjaan ini dikerjakan dalam waktu beberapa tahun, bisa dipastikan kita terjebak dalam sebuah siklus pekerjaan yang rutin. Tidak ada hal-hal baru yang menantang, yang ada hanyalah melatih apa yang sudah ada, yang biasanya sudah masuk dalam konsep insting, yang tidak membutuhkan daya pikir dan kesukaran maksimal.
Bisa jadi pekerjaan dan rutinitas keseharian yang sudah berlangsung beberapa tahun, membuat seseorang ter-institusi dengan rutinitasnya sendiri. Perisitiwa terinstitusi adalah istilah psikologis dimana seseorang menganggap tidak bisa lagi lepas dengan rutinitasnya tersebut. Jadi semacam terpenjara dalam dunia yang bebas.
Sumber: http://www.psychologymania.com/2012/02/disiplin-waktu-dan-rutinitas-keseharian.html
Sumber: http://www.psychologymania.com/2012/02/disiplin-waktu-dan-rutinitas-keseharian.html