Bismillah..
Metode menghafal al-Qur’an ternyata mempengaruhi bagaimana cara otak mengambil ingatan itu lagi. Misal: kita menghafal qur’an berdasarkan juz, maka kita akan mengingat suatu ayat, ia berada di juz berapa. Inilah biasanya yang diterapkan di ma’had2 tahfidzul qur’an.
Metode menghafal al-Qur’an ternyata mempengaruhi bagaimana cara otak mengambil ingatan itu lagi. Misal: kita menghafal qur’an berdasarkan juz, maka kita akan mengingat suatu ayat, ia berada di juz berapa. Inilah biasanya yang diterapkan di ma’had2 tahfidzul qur’an.
Dari buku yang ana baca, yang berjudul
“Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an”, ana dapati bahwa menurut penulisnya,
menghafal al-Qur’an berdasarkan juz itu.. adalah cara menghafal yang
salah/kurang tepat. Yang benar adalah menghafal al-Qur’an berdasarkan surat..
sehingga ketika kita ditanya suatu ayat, maka kita akan mudah mengetahui, ayat
itu ada di surat mana.
Untuk mengatasi hal ini, maka sebaiknya
digunakan dua metode. Karena di ma’had menggunakan metode menghafal berdasarkan
juz, maka ana harus menggunakan metode ini untuk ziyadahnya (menambah hafalan).
Tapi untuk muraja’ahnya (mengulang hafalan), ana lebih sering menggunakan
metode menghafal berdasarkan surat. Dengan demikian, diharapkan ketika ditanya
suatu ayat, kita bisa dengan tepat menyebutkan di juz mana dan di surat mana.
Jika kita masuk lebih dalam, maka kita
juga bisa menghafal al-Qur’an bedasarkan halamannya. Kita bisa menebak suatu
ayat berada di lembar sebelah kanan atau kiri.. berada di lembar ke berapa juz
ke berapa.. Kalau yang pernah ana baca, untuk mendapatkan kemampuan ini, maka
kita harus mengoptimalkan penglihatan kita (sering melihat mushaf dengan
konsentrasi / menggunakan ingatan penglihatan).
Masih muncul permasalahan.. Apakah itu?
Masih muncul permasalahan.. Apakah itu?
Salah satu permasalahan yang belum
terpecahkan olehku sampai saat ini adalah menghafal al-Qur’an secara sempurna
hingga ke nomor ayatnya. Bagaimana caranya ya? Lalu aku pun mencarinya di
berbagai buku, adakah kisah penghafal al-Qur’an yang dapat menghafal al-Qur’an
sampai ke nomornya juga??
Alhamdulillah, akhirnya kutemukan juga
ketika aku membaca buku “Seni Menghafal AL-Qur’an”. Di sana dikisahkan ada
seorang hafidzah yang memiliki suami seorang hafidz. Dia bercerita bahwa
suaminya bisa menghafal al-Qur’an hingga ke nomor ayatnya. Masya Allah!!
Subhanalllah!! Aku pun bertanya-tanya, bagaimana caranya?
Namun, sayang sekali, di buku itu tidak
diceritakan bagaimana caranya hafidz tersebut bisa menghafal al-Qur’an hingga
ke nomor ayatnya..
Metode yang pernah dicoba adalah metode
menghitung. Alhamdulillah, akhirnya bisa juga, tapi ini efektif di lembar
pertama sebuah surat. Setelah itu lembar2 berikutnya kabur, dan ingatan
hitungan berubah menjadi hitungan berdasarkan lembar ketika beberapa hafalan
sudah digabung menjadi sebuah surat atau juz.
Metode lain yang secara tidak sengaja
ditemukan adalah menghafal ayat berdasarkan temanya. Hal ini ditemukan ketika
mengikuti kajian/ta’lim.. Seorang ustadz membacakan sebuah dalil dengan
menyebutkan surat dan nomor ayatnya. Akhirnya, sejak saat itu, ayat itu
teringat menjadi lebih baik, berada di surat apa dan ayat berapa.
Permasalahannya, tidak semua ayat qur’an dibaca oleh ustadz sebagai dalil.
Solusi lain yang mungkin adalah mengkaji tafsir tematik. Di sana disebutkan
seluruh ayat yang berkaitan dengan tema tertentu. Misalnya tentang zakat, maka
akan dikaji seluruh ayat yang berkaitan dengan zakat.
Suatu hari, ana searching di internet,
alhamdulillah ana menemukan artikel yang berkaitan dengan apa yang ana cari
selama ini.
= = =
Bagi para penghafal Al Quran yang
pemula, menambah hafalan mempunyai kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan
waktu kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu
mengulang hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak,
murajaah juga semakin berat.
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat.
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat.
Kesulitan kedua adalah ketika kita
„macet“ sulit bagi kita untuk mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah
„ayat macet“ menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara
sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat
sebelumnya. Sehingga kalau ayat “sebelumnya” macet maka ayat selanjutnya
menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain
membuka mushaf Al Qur’an.
Lalu bagaimana cara efektif untuk
menanggulangi masalah tersebut?
Kuncinya adalah ketika proses menghafal
sebuah surat dilakukan. Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat
10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.
Misalnya kita menghafal surat An Naba
yang didalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah sebagai berikut :
Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.
Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.
Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1
sampai dengan ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya
bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai dengan
ayat yang sedang di hafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2
gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis
dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.
Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10
Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10
Sekarang mengulang menghafal ayat 1
sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang
dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai 10.
Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.
Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.
Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1
sampai 40) dalam surat tsb. Ulang-ulang sampai lancar
Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.
Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.
Manfaat dari menghafal dengan sistem
potongan ini adalah:
Ketika murajaah kita tidak selalu harus
memulai dari awal surat – ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah
dapat dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita. Misalnya: untuk setiap
rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita sudah dapat
murajaah sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup
bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang seperti
Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai
shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat2 sunnah
rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan
dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah
dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!
Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah surat yang panjang kita mempunya
Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah surat yang panjang kita mempunya
Menguatkan secara merata ayat-ayat di
seluruh surat. Bukan hanya ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah
surat-surat yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal – tamu
datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong dll- kita masih tetap
bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa
harus mengulangi dari awal surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka
kita kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi
seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas
hafalan ayat-ayat akhir.
Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini
adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita
Mengatasi kasus „ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem ‚potong surat’ ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya –seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada „ pengait“ yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!
Mengatasi kasus „ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem ‚potong surat’ ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya –seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada „ pengait“ yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!
Melakukan metoda ini tak sesulit membaca
baris-baris di atas. Bila anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel.
Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stres dalam memurajaah. Karena kita
mempunyai „petunjuk/milestones“ dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1,
11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah „ayat-ayat pendek“, yaitu 10 ayat
saja. Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan hasilnya.
Selamat bermuraja'ah!