![]() |
Pernikahan
adalah akad untuk meninggalkan kemaksiatan, akad untuk saling mencintai karena
Allah, akad untuk saling menghormati dan menghargai, akad untuk saling menerima
apa adanya, akad untuk saling menguatkan keimanan, akad untuk saling membantu
dan meringankan beban, akad untuk saling menasehati, serta akad untuk setia kepada
pasangannya baik dalam suka dan duka, dalam kefakiran dan kekayaan, juga dalam
sakit dan sehat
Pernikahan
berarti akad untuk meniti hari-hari dalam kebersamaan, akad untuk saling
melindungi, akad untuk saling memberikan rasa aman, akad untuk saling mempercayai,
akad untuk saling menutupi aib, akad untuk saling mencurahkan perasaan,, akad
untuk berlomba menunaikan kewajiban, akad untuk saling memaafkan kesalahan,
akad untuk saling menyimpan dendam dan kemarahan, serta akad untuk tidak
mengungkit-ungkit kelemahan, kekurangan dan kesalahan
Pernikahan
adalah akad untuk tidak melakukan pelanggaran, akad untuk tidak saling
menyakiti hati dan perasaan, akad untuk tidak saling menyakiti badan, akad
untuk lemah lembut dalam perkataan, akad untuk santun dalam pergaulan, akad
untuk indah dalam penampilan, akad untuk mesra mengungkapkan keinginan, akad
untuk saling mengembangkan potensi diri, akad untuk saling keterbukaan yang
melegakan, akad untuk saling menumpahkan kasih sayang, akad untuk saling
merindukan, akad untuk tidak adanya pemaksaan kehendak, akad untuk tidak saling
membiarkan, dan akad untuk tidak saling meninggalkan
Pernikahan
juga bermakna akad untuk menebarkan kebajikan, akad untuk mencetak
generasi-generasi berkualitas, akad untuk siap menjadi bapak dan ibu bagi
anak-anak, dan akad untuk membangun peradaban islam masa depan
Pernikahan
adalah akad untuk segala hal yang bernama KEBAIKAN
Mengapa orang menikah? Karena mereka jatuh cinta.
Mengapa rumahtangganya kemudian bahagia?
Apakah karena jatuh cinta? Bukan. Tapi
karena mereka terus membangun cinta. Jatuh cinta itu gampang, 10 menit juga bisa.
Tapi membangun cinta itu susah sekali, perlu waktu seumur hidup.
Mengapa jatuh cinta gampang? Karena saat itu kita buta,
bisu dan tuli terhadap keburukan pasangan kita. Tapi
saat memasuki pernikahan, tak ada yang bisa ditutupi lagi. Dengan interaksi 24
jam per hari dan 7 hari dalam seminggu, semua belang tersingkap.
Di
sini letak perbedaan jatuh cinta. Jatuh cinta dalam keadaan menyukai. Namun
membangun cinta diperlukan dalam keadaan jengkel. Dalam keadaan jengkel, cinta
bukan lagi berwujud pelukan, melainkan berbentuk itikad baik memahami konflik
dan bersama-sama mencari solusi yang dapat diterima semua pihak. Cinta yang
dewasa tak menyimpan uneg-uneg. Sepeka apapun masalah perlu dibicarakan agar
kejengkelan tak berlarut-larut.
Syarat
untuk keberhasilan pembicaraan adalah kita bisa saling memperhitungkan
perasaan. Jika suami istri saling memperhatikan perasaan sendiri, mereka akan
saling melukai. Jika dibiarkan berlarut, mereka bisa saling memusuhi dan
rumahtangga sudah berubah menjadi bukan syurga tapi neraka.
Apakah
kondisi ini bisa diperbaiki? Tentu saja bisa, saat masing-masing mengingat
komitmen awal mereka dulu, apakah dulu ingin mencari teman hidup atau musuh
hidup. Kalau memang mencari teman hidup, kenapa sekarang malah bermusuhan??
Mencari
teman hidup memang dimulai dengan jatuh cinta. Tetapi sesudahnya, porsi
terbesar adalah membangun cinta. Berarti mendewasakan cinta sehingga kedua pihak
bisa saling mengoreksi,
berunding, menghargai,
tenggang rasa, menopang, setia, mendengarkan, memahami, mengalah dan bertanggungjawab.
Mau
punya teman hidup? Jatuh cintalah. Tetapi sesudah itu, bangunlah cinta.
Pernikahan
bukan hanya sekedar kata “Aku mencintaimu” namun “Siapkah kamu membangun peradaban islam bersamanya kelak??”
Sumber :Buku “Di Jalan Dakwah Kugapai
Sakinah “ (Ustad Cahyadi Takariawan)