![]() |
Berdo'a |
Benar, keluarganya tidak pernah kelaparan
sebab tidak ada makanan. Namun kalau terus-terusan hidup kepepet dan tidak
punya pekerjaan, rasanya tidak adakebanggaan diri. Ia pun datang kepada Kyai
Ahmad untuk minta sumbang saran. Kalau boleh sekaligus minta do’a dan pekerjaan
darinya. Terus terang, ia sendiri kagum dengan sosok Kyai Ahmad yang amat
bersahaja. Tidak banyak yang ia kerjakan, namun dengan anak 9 orang, sepertinya
mustahil bila ia tidak pusing memikirkan nafkah keluarga. Tapi nyatanya, sampai
sekarang Kyai Ahmad tetap sumringah di mata Fadli. Tidak pernah ia lihat Kyai Ahmad bermuka muram seperti dirinya.
Makanya hari itu, Fadli datang untuk meminta nasehatkyai tersebut.
“Hidup
ini adalah adegan. Kita hanya wayang, sementara dalangnya adalah Gusti Allah!
Jadi, manusia itu hidup karena disuruh ‘manggung’ oleh Dalangnya!” Kyai Ahmad
membuka penjelasan dengan sebuah ilustrasi ringan.
“Gak mungkin… kalau wayang itu manggung
sendiri. Pasti, ia dimainkan oleh Dalang. Sementara selama di panggung, pasti
Dalang akan memperhatikan nasib wayang itu!
Begitu juga manusia… gak mungkin dia hidup di
dunia, tanpa diperhatikan segala kebutuhannya oleh Gusti Allah! Sudah paham
belum kamu, Fadli?!” KyaiAhmad mengakhiri penjelasannya dengan sebuah
pertanyaan.
“Tapi pak kyai…, kalau Gusti Allah benar
menjamin hidup hamba-Nya… kenapa hidup saya seperti sia-sia begini ya… nyari
nafkah saja kok susah!” Fadli menyampaikan keluhnya.
“Oh… itu karena kamu belum datang kepada
Gusti Allah. Kalau kamu datang kepada Gusti Allah, hidupmu gak bakal sia-sia!”
Kyai Ahmad menambahkan.
Fadli belum mengerti betul apa maksud
sebenarnya dari kata ‘datang kepada Allah’, ia pun menanyakan gambaran kongkrit
tentang hal itu kepada Kyai Ahmad.
Dengan santai Kyai Ahmad menjelaskan, “Fadli…,
semua masalah di dunia ini bakal selesai asal kita datang kepada Allah. Banyak
di dunia ini orang yang bermasalah,
punya hutang segunung, rezeki sulit, ditimpa berbagai macam penyakit,
kemiskinan, kelaparan dan lain-lain… Itu disebabkan karena mereka tidak datang
kepada Allah. Kalau saja mereka datang kepada Allah, maka segala masalah mereka
terselesaikan!”
“Apakah hanya sesederhana itu, pak Kyai?”
Fadli bertanya dengan nada penasaran.
“Ya, hanya sesederhana itu!” Pak kyai
menegaskan.
Pak Kyai bercerita, “Pernah terjadi di Rusia
di sebuah negeri yang terkenal atheis, seorang pria pergi ke tukang cukur. Saat
rambutnya dicukur, ia terserang kantuk.
Kepalanya mulai mengangguk-angguk karena kantuk. Tukang cukur merasa kesal,
namun untuk membangunkan pelanggannya, si tukang cukur mulai bicara:
‘Pak, apakah bapak termasuk orang yang
percaya tentang adanya Tuhan?’
Pelanggan menjawab, ‘Ya, saya percaya adanya
Tuhan!’
Agar pembicaraan tak terhenti, si tukang
cukur menimpali, ‘Saya termasuk orang yang tidak percaya kepada Tuhan!’
Apa alasanmu?’ pelanggan melempar tanya.
Kalau benar di dunia ini ada Tuhan, dan
sifat-Nya adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menurut saya tidak mungkin
di dunia ada orang yang punya banyak masalah, terlilit hutang, terserang
penyakit, kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Ini khan bukti sederhana bahwa
di dunia ini tidak ada Tuhan!’ tukang cukur berbicara dengan cukup lantang.
Si pelanggan terdiam. Dalam hati, ia berpikir
keras mencari jawaban. Namun sayang, sampai cukuran selesai pun ia tetap tidak
menemukan jawaban. Maka pembicaraan pun
terhenti. Sementara si tukang cukur tersenyum sinis, seolah ia telah
memenangkan perdebatan.
Akhirnya, saat cukuran itu selesai, si
pelanggan bangkit dari kursidan ia berikan ongkos yang cukup atas jasa cukuran.
Tak lupa, ia berterima kasih dan pamit untuk meninggalkan tempat. Namun dalam
langkahnya, ia masih tetap mencari jawaban atas perdebatan kecil yang baru ia
jalani.
Saat berdiri di depan pintu barber shop, ia
tarik tungkai pintu kemudian hendak melangkahkan kakinya keluar…. saat itu
Allah Swt mengirimkan jawaban padanya. Matanya tertumbuk pada seorang pria gila
yang berparas awut-awutan. Rambut panjang tak terurus, janggut lebat
berantakan.
Demi melihat hal sedemikian, pintu barber
shop yang tadi telah ia buka maka ditutup kembali. Ia pun datang lagi kepada
tukang cukur dan berkata, ‘Pak, menurut saya yang tidak ada di dunia ini adalah
TUKANG CUKUR!’ Merasa aneh dengan pernyataan itu, tukang cukur balik bertanya,
‘Bagaimana bisa Anda berkata demikian. Padahal baru saja rambut Anda saya
pangkas!’
‘Begini pak, di jalan saya dapati ada orang
yang kurang waras. Rambutnya panjang tak terurus, janggutnya pun lebat berantakan.
Kalau benar di dunia ini ada tukang
cukur, rasanya tidak mungkin ada pria yang berperawakan seperti itu!’ si
pelanggan menyampaikan penjelasannya.
Tukang cukur tersenyum, sejenak kemudian
dengan enteng ia berkata, ‘Pak… bukan Tukang Cukur yang tidak ada di dunia ini.
Masalah sebenarnya adalah pria gila yang Anda ceritakan tidak mau hadir dan
datang ke sini, ke tempat saya… Andai
dia datang, maka rambut dan janggutnya akan saya rapihkan sehingga ia
tidak berperawakan sedemikian!’
Tiba-tiba si pelanggan meledakkan suara,
‘Naaaahhhh…. itu dia jawabannya. Rupanya Anda juga telah menemukan jawaban dari
pertanyaan yang Anda lontarkan!’ ‘Apa maksudmu?’ si tukang cukur tidak mengerti
dengan pernyataan pelanggannya.
Anda khan bilang bahwa di dunia ini banyak
manusia yang punya masalah. Kalau saja mereka datang kepada Tuhan, pastilah
masalah mereka akan terselesaikan. Persis sama kejadiannya bila pria gila tadi
datang kemari dan mencukurkan rambutnya kepada Anda!’”
Kyai Ahmad mengakhiri kisah yang ia sampaikan.
Terlihat Fadli menganggukkan kepala tanda mengerti.
“Jadi…, kamu hanya tinggal memohon saja apa
yang kamu inginkan kepada Allah Swt., pasti Allah bakal berikan apa yang kamu
pinta!” Kyai Ahmad berkata memberi garansi.
Fadli sudah mulai yakin, tapi ia masih
mengejar dengan satu pertanyaan, “Pak Kyai, saya sudah niat untuk datang dan
semakin mengakrabkan diri kepada Allah. Tapi bagaimana caranya ya pak Kyai agar
saya bisa memohon nafkah yang cukup kepada Allah?”
Kemudian
Pak Kyai membacakan ayat dalam Al Qur’an:
“Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam.
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup, dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab
(batas)”. QS. Ali Imran :26-27
“Bacalah ayat itu sesering mungkin dan
perbanyak doa memohon nafkah serta rezeki yang halal dari Allah Swt. Yakinlah
bahwa Allah Swt akan senantiasa menjamin penghidupanmu dan keluarga!” Kyai
Ahmad mengakhiri pembicaraan dengan memberi pesan.
Usai pembicaraan dengan Kyai Ahmad, Fadli
merasa yakin bila dirinya hendak mencari nafkah, maka cara termudah yang dapat
ia kerjakan hanyalah dengan ‘Datang dan Memohon kepada Pemilik Nafkah!’ Fadli
telah meyakini hal ini.
Bagaimana
dengan Anda?