Dewasa ini masyarakat mengalami perubahan yang disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya kemajuan teknologi, akulturasi kebudayaan, peperangan, perubahan norma, nilai, tradisi dan kebiasan. Orang-orang, khususnya mahasiswa, menjadi gelisah oleh karena perubahan ini. Berbagai perubahan itu berakibat meningkatnya ’demand’ dan ’expectations’ yang harus dipenuhi oleh mereka (Siswoharjono,1983). Bimbingan dan Konseling bertujuan memberi pertolongan kepada individu yang ditolong agar ia mencapai/memiliki kehidupan yang layak dan bahagia di dalam masyarakat. Berdasarkan bidang masalah layanan oleh Bimbingan dan Konseling.
Siswoharjono (1983) membagi persoalan-persoalan dalam beberapa kelompok, yaitu;
1) Persoalan personal/pribadi yang bersifat emosional atau psikologis,
2) ersoalan edukatif, yaitu persoalan yang dihadapi dalam studi, seperti cara belajar, dan ketidak-berhasilan dalam studi,
3) Segi sosial atau pergaulan tentang penyesuaian dan permasalahan dalam mengahadapi lingkungan sosial, dan
4) Segi vokasional, atau pemilihan, penyesuaian, atau pembinaan jabatan. Mahasiswa diduga juga mengalami beberapa masalah di atas. Termasuk halnya dalam proses belajar, mahasiswa mengalami banyak permasalahan dari dalam dan luar diri mereka yang menghambatnya mencapai prestasi yang baik. Mengenai Self-Efficacy, Bandura (1977) mendefinisikan sebagai pertimbangan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan menampilkan tindakan yang diperlukan dalam mencapai kinerja yang diinginkan.
Hal ini tidak tergantung pada jenis keterampilan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang, tetapi berhubungan dengan keyakinan tentang apa yang dapat dilakukan, dan menyangkut seberapa besar usaha yang dikeluarkan seseorang dalam suatu tugas dan seberapa lama ia akan bertahan.
Mahasiswa yang mempunyai Self-Efficacy yang tinggi tentunya akan mempunyai prestasi akademik yang tinggi pula. Penelitian Hadi Warsito (2004) menunjukan bahwa terdapat hubungan kausal positif signifikan antara Self- Efficacy dengan Prestasi Akademik. Hasil selanjutnya juga menemukan bahwa Self-Efficacy berhubungan kausal baik secara langsung maupun secara tak langsung dengan prestasi akademik. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa hubungan kausal langsung lebih kuat daripada tak langsung, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik lebih dipengaruhi secara langsung oleh Self-Efficacy. Namun di pihak lain, Powers (1991) dan Vancouver dkk (2002) (dalam Tahalele, 2005) menemukan adanya hubungan yang negatif antara Self- Efficacy dan Prestasi Akademik seseorang, yang sangat berbeda dengan hasil penelitian Warsito (2004) di atas, perbedaan ini menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk melihat hubungan antara Self-Efficacy dengan prestasi akademik.
Di sisi lain ada permasalahan yang mempengaruhi pencapaian prestasi akademik mahasiswa yaitu penyesuaian diri. Lazarus (1963) mengatakan bahwa menyesuaikan berasal dari kata ” to adjust”. Kata ini berarti untuk membuat sesuai/cocok, beradaptasi, atau mengakomodasi. Lazarus (1963) juga menyatakan bahwa penyesuaian terdiri dari proses bagaimana individu mengatur berbagai ” demands” atau permintaan. Permintaan yang dimaksud yaitu d apat bersumber dari eksternal atau dari internal diri mahasiswa, dan bahkan bisa pula dapat terjadi konflik antar permintaan. Mahasiswa atau pelajar yang dapat menyesuaikan diri dengan permintaan lingkungannya diharapkan tidak mengalami permasalahan penyesuaian diri sehingga dalam proses pencapaian prestasi akademik akan berjalan dengan baik.
Dari kajian penelitian Mehrota (Prayitno, 2005) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara penyesuaian diri dengan prestasi belajar. Tetapi ada pula hasil yang menyatakan tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara penyesuaian diri dengan prestasi belajar. Rajput (Prayitno, 2005), menyatakan tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara penyesuaian diri dengan prestasi belajar.