AJARAN TAO (TAOISME)


Ajaran Tao tercipta atas dasar reaksi alamiah manusia dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan dan misteri. Setelah perjalanan panjangnya selama 5.000 th kini kita bisa mewarisi berbagai metode Tao. Metode untuk menjalani hidup yang berlandaskan alamiah, selaras dan mengikuti kodrat alam. Metode yang merupakan reaksi alamiah manusia untuk bertahan hidup, meningkatkan kualitas hidup, mengungkap misteri hidup serta memberi arti hidup.

Dengan ‘Naluri Alamiah’ inilah para leluhur Tionghoa kuno mengembangkan segenap potensi dirinya yaitu Kecerdasan, Nurani serta Akal Budi. Dan mulai mengembangkan sebuah metode untuk menjalani hidup. Proses perkembangan ajaran Tao terjadi secara bertahap. Diwariskan dan diperbaiki dari generasi ke generasi berikutnya. Membentuk berbagai seni dan ilmu yang mewarnai budaya Tionghoa.

Dasar dari ajaran ini adalah sederhana dan natural sebagai cara untuk menghadapi kehidupan yang penuh ketidak pastian dan kesulitan. Taoism diajarkan oleh Lao Tze dan dikembangkan oleh Zhung Tze. Kata “Tao” sendiri berarti “Jalan” : prinsip-prinsip kreatif yang melahirkan alam semesta dan menunjang segala sesuatunya dalam kesatuan kosmos. Secara konseptual, Tao adalah identik dengan Sang Pencipta namun Lao Tze menyebutnya sebagai “Jalan Alamiah”.

Ajaran yang paling terkenal dari Taoism adalah sifat Dualisme. Segala sesuatu di dunia ini ada dalam dua kutub atau polaritas. Komponen yang saling berseberangan ini melengkapi satu sama lain hingga keberadaan sesuatu itu menjadi utuh. Kebaikan tidak akan ada tanpa kejahatan. Kebahagiaan tidak akan terjadi tanpa kesengsaraan. Lao Tze pernah berkata “Keberuntungan tidak akan ada tanpa Kemalangan, dan Kemalangan itu tersembunyi dalam Keberuntungan”

Apabila positif dan negatif dipandang sebagai satu kesatuan, maka segala masalah dan tekanan akan musnah. Masalah muncul karena ketidak sadaran kita terhadap “Tao” ini. Berdasarkan pendekatan ini maka dalam kekuatan atau kelebihan seseorang akan terkandung benih-benih penghancuran diri (self destruction), dimana kekuatan itu mungkin tersembunyi dalam kelemahan seseorang. Oleh karenanya menurut Tao sangat tidak disarankan untuk memfokuskan hanya pada peningkatan kekuatan atau kelebihan seseorang tanpa melihat sisi lemah atau kekurangan mereka.

Bertolak dari sifat Dualisme ini ada pola-pola perubahan yang terdapat atau terjadi di mana saja. Sesuatu itu secara alamiah adalah bersifat siklis: siang dan malam, perubahan musim, hidup dan mati, dsb. Segala sesuatu akan berbalik seturut sifatnya. Oleh karenanya orang tidak boleh terlalu bergembira pada saat senang atau merasa terlalu depresif pada waktu sedih. Mengetahui dan mengamalkan prinsip-prinsip Dualisme dan Perubahan ini adalah kunci utama untuk bisa beradaptasi secara efektif terhadap pasang surutnya kehidupan ini.

Taoisme mengajarkan bahwa kepuasan adalah sesuatu yang sifatnya natural dalam hidup. Ia mengajarkan tidak saja bagaimana orang bisa terbebas dari rasa was-was, tetapi juga bagaimana meraih kepuasan atau keberartian hidup itu. Mengejar keberhasilan dan kebahagiaan akan menyebabkan dekadensi moral dan kehancuran diri, sedangkan keberartian dan kepuasan hidup akan mengantarkan orang pada kebahagiaan dan kesehatan. Kepuasan mencakup pengendalian diri pada saat-saat baik, senang, gembira dan juga menghadapi kecemasan di masa masa sulit. Dengan demikian, kepuasan diri akan selalu ada baik dalam keadaan untung ataupun malang. Kepuasan diri akan membawa orang pada sifat rendah hati dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan (dan pada sesama manusia).

Mengikuti Tao adalah juga berarti belajar tentang kebijaksanaan untuk “tidak melakukan apa apa” (do nothing). Belajar untuk menjadi seperti burung di udara atau ikan di sungai. Bebas dari rasa cemas dan ambisi diri. Jika orang dapat belajar untuk menanggalkan ambisi diri dan hawa nafsunya, maka segala sesuatu akan bisa berjalan sebagaimana ia sendiri. Tanggalkan dorongan-dorongan ambisi dan menguasai dan biarkan alam mengaturnya. Belajarlah untuk bisa menerima dan berhentilah untuk ikut campur. Seni untuk “tidak melakukan apa apa” berasal dari meditasi dan belajar kebijaksanaan tentang “Tao”. Mempelajari “Tao” adalah jaminan pasti bagi kepuasan diri dan kebahagiaan.


Secara garis besar, pengembangan ajaran Tao dapat dikelompokkan menjadi:

1. Hubungan Manusia dengan Alam Semesta.

Manusia tercipta karena sebuah proses alam, karenanya kelangsungan hidup manusia tidak bisa terlepas dari alam. Kaum Tao berpendapat bahwa agar manusia bisa tetap bisa bertahan hidup maka harus bisa menyesuaikan diri dan menjaga keharmonisan dengan Alam. Karena itulah konsep dasar ajaran Tao adalah adanya ‘Keharmonisan’ antara manusia dengan Alam Semesta. Ditambah dengan adanya rasa ingin tahu, maka mulailah manusia berusaha mengenal “Karakter” Alam Semesta. Hingga kemudian terciptalah berbagai Ilmu Perbintangan (Astronomi & Astrologi), Kalender untuk mengenal musim, Hongsui dan lain sebagainya. Berbagai pengetahuan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai kesulitan hidup. Dengan mengenal “Karakter” Alam Semesta maka manusia bisa hidup secara ‘Harmonis’ didalamnya.

2. Hubungan Manusia dengan Tuhan / Dewa-Dewi / Para Suci.

Karena keterbatasan panca indera, kadang manusia merasa ‘Tidak Berdaya’ menghadapi berbagai peristiwa alam seperti banjir, gempa bumi dan lain-lain. Manusia sadar akan keterbatasan dirinya. Maka mulailah manusia ‘Mencari Perlindungan’ kepada sosok ‘Penguasa Alam’. Mulailah dilakukan berbagai pemujaan dan persembahyangan untuk memohon perlindungan. Semakin lama semakin tertata seiring dengan perkembangan budaya.

Dalam perkembangan selanjutnya muncullah sosok-sosok pemikir yang tidak puas hanya dengan sebatas pemujaan dan ritual belaka. Mereka berusaha mencari cara untuk mengungkap misteri keberadaan ‘Sang Pencipta’. Mulailah manusia tidak hanya mengenal pemujaan yang bersifat formalitas belaka, melainkan mulai berusaha mengadakan hubungan yang bersifat lebih pribadi dengan ‘Penguasa Alam’. Hingga kemudian manusia mulai mengenal ‘doa’. Ada juga yang berusaha mengadakan ‘kontak’ dengan ‘Sang Pencipta’ melalui ‘Keheningan’ yang kini kita kenal dengan meditasi. Memunculkan konsep keagamaan berupa ajaran kebenaran / kebijaksanaan dan metode spiritual yang berhubungan dengan ‘Pencerahan’! Demikianlah perubahan dan perkembangan terjadi selama ribuan tahun hingga kini kita mewarisi berbagai bentuk ritual, ajaran kebenaran, doa, meditasi dan metode spiritual lainnya.

3. Hubungan Manusia dengan Sesamanya.

Manusia adalah mahluk sosial yang punya kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dan seiring dengan semakin berkembangnya peradaban maka secara otomatis mulailah tersusun berbagai aturan dan norma yang berkembang menjadi tradisi, adat istiadat, tata krama dan lain sebagainya. Tujuannya untuk menata kehidupan sosial manusia agar teratur, menghindari perselisihan, mengendalikan kejahatan dan lain-lain, sehingga hidup menjadi lebih teratur dan nyaman. Berawal dari sinilah kemudian manusia mulai mengenal organisasi dengan aturan yang baku atau hukum. Dan pada tahap berikutnya ini merupakan cikal bakal terbentuknya sebuah pemerintahan.

4. Hubungan Manusia dengan Kehidupan Pribadinya.

Mungkin ini salah satu inti utama dari ajaran Tao yang sangat erat kaitannya dengan naluri alamiah manusia yang berusaha untuk bertahan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan adanya kecerdasan dan akal budi yang dimiliki manusia. Maka secara otomatis muncul sosok-sosok cerdik pandai yang berpikir tentang hal-hal yang berada diluar jangkauan panca indera dan berada diluar kendali.

Mulailah muncul pemikiran tentang berbagai fenomena kehidupan seperti: “Kenapa manusia bisa sakit dan mati? Mulailah muncul sosok-sosok genius yang berusaha untuk mencegah kematian fisik. Walaupun tidak berhasil, tetapi akhirnya terciptalah berbagai ilmu pengobatan, ramuan suplemen dan juga senam serta ilmu pernapasan yang bisa menjaga kesehatan fisik dan memperpanjang usia.

Disisi lain para Pakar Tao Kuno juga berusaha mencari tahu “Apa yang terjadi setelah kematian fisik manusia?” Mulailah berkembang Olah Spiritual Tao yang mengembangkan segenap potensi diri untuk mengungkap misteri kematian. Dengan harapan, jika kita bisa mengungkap misterinya, maka kita bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapinya. Ini juga merupakan reaksi alamiah manusia yang mempunyai rasa ingin tahu serta berusaha mencari selamat.

Setelah melalui pengembangan ribuan tahun, hingga kini kita masih bisa mewarisi berbagai metode Spiritual Tao. Sebuah metode spiritual yang mengkombinasikan keTuhanan dan keduniawian serta meliputi seluruh aspek kehidupan!

Demikian seterusnya Tao berkembang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Hingga akhirnya makin mendalam dan meluas. Sistim penyebaran yang dipergunakan biasanya diturunkan secara langsung oleh seorang Maha Guru Tao kepada sekelompok Murid dan membentuk sebuah Perguruan. Masing-masing kelompok mempunyai corak yang khas sesuai dengan bidang yang didalaminya. Dimana secara garis besar dapat dibedakan menjadi 6 jurusan yaitu:

  1. Tan Ting Men / Pengobatan
  2. Chi Kung Men / Ilmu Pernapasan
  3. Cing Co Men / Meditasi
  4. Sian Lie Men / Kedewaan, Theology, Filsafat
  5. Wu Kung Men / Persilatan
  6. Cak Can Men / Nujum dan Aneka Macam (Hongsui, Gwamia, Telepati, Sulap dll)

Pembagian 6 jurusan diatas hanya sekedar untuk membedakan jenis disiplin ilmu yang didalami. Tetapi sebenarnya ke 6 jurusan tersebut saling berkaitan. Seorang Maha Guru Tao pada umumnya mengerti ke 6 jurusan tersebut. Atau paling tidak mengerti konsep Filosofi Tao (Sian Lie Men) dan menguasai secara mahir salah satu bidang didalam jurusan Tao.

Begitu luasnya Tao, meliputi seluruh unsur kehidupan. Sehingga dalam perjalanan panjangnya telah memunculkan berbagai seni dan ilmu sebagai bekal manusia menjalani hidup. Bahkan kemudian dari 6 cabang yang ada kemudian berkembang lagi menjadi 10 jurusan.





Related post: