BAB I.
PENDAHULUAN
Komunitas
Campa, terletak di Vietnam Tengah, di garis lintang 17 utara hingga ke Saigon, merupakan sebuah kerajaan tertua yang pernah ada dan disinggung dalam teks Cina pada akhir abad ke-11 Masehi.
Di bagian akhir tulisannya tentang Kedatangan Islam ke Campa - “The Introduction of Islam to Campa”, Doctor Pierre-Yves menyatakan bahwa yang menyakinkan ialah bahwa pemerintah Campa memeluk Islam pada akhir abad ke-17 Masehi.
Kemudian oleh karena gangguan
Untuk melihat fenomena itu lebih dekat boleh diberikan perhatian kepada hubungan negeri itu dengan negeri-negeri yang berdekatan di Dunia Melayu. Sebagaimana yang boleh diperhatikan ialah adanya kawasan kediaman orang Campa di Melaka di akhir abad ke 15 Masehi.
Bukti-bukti tentang adanya hubungan negeri Campa dengan kawasan lain Asia, khususnya Asia Tenggara, menunjukkan dan menyanggahi kenyataan yang menyebutkan hilangnya negeri Campa dari sejarah, setelah kejatuhan ibu kota negerinya, Vijaya, pada tahun 1471; dan mereka masih kuat pada akhir abad ke-16 Masehi sehingga ia mengirim tentara bantuan ke negeri Johor, dan para pedagangnya terus menerus pada abad ke-17 Masehi mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Asia Tenggara. Kelemahan berjalan sedikit demi sedikit, antara tahun 1691 dan 1697 akibat serangan orang Vietnam, yang menjadikannya satu wilayah Binh-thuan, di bawah Nguyen, dan pelabuhan Campa terakhir[1] masuk ke tangan mereka. Terasing daripada kawasan lain di Asia, mereka mundur ke kawasan pedalaman, dan masih eksis dalam alam yang menentangnya, di bawah otoritas kerajaan yang kecil yang dilantik oleh
Bukti-bukti itu menunjukkan proses bagaimana negeri itu menjadi negeri Islam. Mulai dari tumbuhnya kerajaan Melaka, Orang Melayu memainkan peranan yang mendominasi di dalamnya; pertama melalui kerajaan Melaka itu sendiri, kemudian Johor, di mana kesultanan masih ada selepas kejatuhan Melaka, kemudian melalui kawasan-kawasan pendudukan Melayu yang memainkan peranannya, terutama sekali pada Kamboja, yang selalu ada hubungan dengan kawasan pendudukan orang Camp yang menerima agama Islam dengan hubungan ini. Dengan cara yang sama, Orang Melayu yang berpindah datang ke Campa nampaknya memainkan peranan mendatangkan pengaruh ke atas Orang Campa.
Jelaslah, orang Campa, sebagaimana Orang Melayu, adalah penganut Ahlis-Sunnah wal-Jamaah, dari segi fiqhnya kepada mazhab Imam Syafi’i. Memang kenyataannya, orang Campa ini berhubungan dengan dunia Melayu, yang mereka memang merupakan bagian dari segi budaya dan agamanya.
Secara ringkas boleh dilihat dengan nyata kedudukan Campa yang strategis karena terletak di jalan perdagangan laut antara negeri Cina dan Nusantara; berhubungan dengan kekuatannya dikatakan ia mempunyai angkatan tentara perkasa, khususnya tentara laut yang dikenali sebagai Orang Riak (orang ombak) berarti dalam istilah Melayu Orang Laut. Negeri ini pernah mencapai kegemilangannya di abad ke-10 hingga ke-15 Masehi. Tetapi kemudian ia menghadapi ancaman perluasan daerah dari Diet-Viet (Orang
Pada awal abad ke-19 berlaku perubahan politik antara Pandurangga-Campa dengan istana
Setiap orang mengetahui bahwa negeri Campa terletak dari segi geografinya di Semenanjung
Hubungan Campa dengan dunia Melayu sudah sejak zaman purba kala. Pada abad ke-7 Masehi, dalam sumber Campa sudah menyebut tentang serangan Jawa[2] di Pantai Campa. Pada abad berikutnya, hubungan di antara ke dua negeri ini menjadi baik, karena Campa membuat hubungan persahabatan dengan penguasa Sriwijaya dan Majapahit dan terakhir dengan Kesultanan Melaka. Hubungan tersebut dapat dilihat pada beberapa peristiwa seperti lawatan pembesar Campa ke Sriwijaya pada akhir abad ke-9 Masehi, kehadiran kedutaan Sriwijaya di Campa pada abad ke-10 Masehi, perkawinan Raja Campa dengan puteri Jawa[3] di akhir abad ke-13 Masehi, dan perkawinan adik perempuan Raja Campa dengan Raja Majapahit[4] di abad ke-15 Masihi.
Berikut dengan kemunculan Melaka di permulaan abad ke-15 Masehi, satu perubahan besar telah berlaku dalam politik dan perdagangan Campa dengan Nusantara. Campa lebih memusatkan perhatiannya kepada perhubungan dengan penguasa Melaka. Di masa itu Melaka menjadi pusat perdagangan antarabangsa di mana terdapat banyak kapal-kapal dagang Campa datang untuk berdagang. Melaka juga pernah menjadi tempat perlindungan kepada pelarian dari kalangan pembesar Campa, setelah kejatuhan ibu kota Vijaya (Campa) pada tahun 1471 Masehi ditangan Dai Viet (Vietnam). Pada akhir abad ke-15 Masehi dan permulaan abad ke-16 Masehi pembesar-pembesar Campa telah memperoleh banyak keistimewaan dari Sultan Melaka. Kerena menurut sumber Melayu, pada akhir abad ke-15 Masehi (1594) Raja Campa mengirimkan bala tentaranya kepada Sultan Johor untuk menyerang Portugis. Pada abad ke-17 Masehi Campa menerima pendakwah-pendakwah Melayu dari Semenanjung Tanah Melayu untuk menyebarkan agama Islam.
BAB II.
PEMBAHASAN
A. Sekilas Sejarah Campa
Sebelum terbentuknya kerajaan Campa, didaerah tersebut sudah terdapat kerajaan Lin-Yi (Lam Ap), akan tetapi sampai saat ini belum diketahui dengan jelas hubungan antara Lin-yi dan Campa.
Kerajaan Campa merupakan sebuah kerajaan yang tertua di Asia Tenggara. Ini dapat diketahui berdasarkan dari sumber Cina sejak tahun 192 Masehi. Rakyatnya terdiri dari beberapa etnik termasuk etnik Camp yang merupakan satu etnik dalam rumpun Melayu-polinesia atau
Masyarakat Camp telah menghuni negara Khmer semenjak abad ke-11. Hubungan antara Campa dan Khmer ada disebut dalam inskripsi termasuk yang menyatakan bahwa seorang putera raja dari Campa telah mengawini seorang puteri Khmer. Walau bagaimanapun sebagian besar orang Camp tiba di Kamboja selepas kejatuhan Vijaya, ibu negara Campa pada tahun 1471.
B. Wilayah Kekuasan Kerajaan Campa
Daerah Campa meliputi area pegunungan disebelah barat daerah pantai Indocina, yaitu dari waktu ke waktu meluas meliputi wilayah Laos sekarang. Akan tetapi, bangsa Campa lebih berfokus pada laut dan memiliki beberapa kota di sepanjang pantai.
Sebelum tahun 1471, Campa merupakan konfederasi dari 5 kepangeranan, yang dinamakan menyerupai nama wilayah-wilayah kuno di India[6]:
· Indrapura – Kota Indrapura saat ini disebut Dong Duong, tidak jauh dari Da Nang dan Hue sekarang. Da Nang dahulu dikenal sebagai kota Sighapura, dan terletak dekat lembah My Son dimana terdapat banyak reruntuhan candi dan menara. Wilayah yang dikuasai oleh kepangeranan ini termasuk proponsi-propinsi Quang Binh, Quang Tri, dan Thua Thien Hue sekarang ini di Vietnam.
· Amarawati – Kota Amarawati menguasai daerah yang merupakan propinsi Quang Nam sekarang ini di Vietnam.
· Vijaya – Kota Vijaya ini disebut Cha Ban, yang terdapat beberapa mil disebelah utara kota Qui Nhon di propinsi Binh Dinh di Vietnam. Selama beberapa waktu, kepangeranan Vijaya pernah menguasai sebagian besar wilayah propinsi-propinsi Quang Nam. Quang Ngai, Binh Dinh, dan Phu Yen.
· Kauthara – Kota Kauthara saat ini disebut Nha Trang, yang terdapat dipropinsi Khanh Hoa sekarang ini di Vietnam.
· Panduranga – Kota Panduranga saat ini disebut Phan Rang, yang terdapat di propinsi Ninh Thuan sekarang ini di
C. Runtuhnya Kerajaan Campa (Penaklukan
Perluasan wilayah Vietnam ke Selatan, Nam-tien (Dai Viet) yang bermula tidak lama setelah terbentuk kerajaan Viet secara rasmi pada tahun 939 Masehi. Serangan pertama yang dilakukan oleh negeri Viet di utara pada tahun 982. Dalam serangan ini, Indrapura, ibu
Pada tahun 1653,
Serangan suku Viet, yaitu suku mayoritas yang membentuk negara Vietnam, ke selatan ini memaksa masyarakat Campa, khususnya masyarakat Camp melarikan diri dari tanah airnya untuk menyelamatkan diri mereka dan mencari perlindungan di kerajaan-kerajaan lain di mana rasa keselamatannya terjamin.
Mereka mencari perlindungan di Kamboja, Semenanjung Tanah Melayu (Kelantan, Johor dan Melaka) dan pulau-pulau lain di Nusantara yaitu Sumatra dan
Tindakan Maharaja Ming Menh yang menghapuskan identitas Kerajaan Campa pada tahun 1832 telah mengakibatkan dua pemberontakan oleh orang Campa untuk menuntut kembali wilayah mereka. Akan tetapi kedua pemberontakan tersebut dapat dikalahkan oleh Minh Menh. Di antara ahli masyarakat Campa itu ada yang dituduh, ditangkap dan dihukum oleh Maharaja Ming Menh. Masyarakat Cam melarikan diri ke Kamboja setelah Panduranga (Campa) ditakluk buat selama-lamanya pada 1835.
D. Budaya dan Agama
Penduduk Campa pada mulanya beragama Hindu. Kemudian pada abad ke-11 sampai abad ke-17 terjadi kontak dengan pedangan-pedagang muslim. Karena adanya gangguan dari Dai Viet, proses pengislaman itu menjadi tidak menyeluruh. Walaupun begitu, jumlah orang Campa yang beragama islam hampir seluruhnya. Jumlah orang Campa penganut islam di Kamboja lebih 80% dari total orang Campa. Kecuali orang Campa yang berada di
Penduduk Campa yang muslim kini tinggal berdampingan dengan orang Khmer yang beragama budha, disamping juga berdampingan dengan sesama orang Campa tapi penganut hindu. Sampai saat ini, setelah kawasan indocina dikuasai komunis[9], kehidupan beragama dan jumlah penduduk Campa yang tinggal di
Orang Camp di Kamboja tidak mengijinkan perkawinan antar agama kecuali dengan syarat bahwa pihak yang bukan islam masuk islam. Oleh karena orang Khmer boleh dikatakan tak pernah akan meninggalkan agama budha, tiada kemungkinan bahwa kedua bangsa akan terpadu, sedang orang
Di Annam, negeri kelahiran orang Camp, orang-orang Cam islam tidak lebih hanya segenggam jumlahnya, berperangai lemah lembut, tiada bersemangat, sengsara, hidup merana, dan jika tidak semakin berkurang jumlahnya bertambah pun tidak. Tingkat kecerdasannya yang sangat rendah tercermin pada cara mereka mengubah system agamanya, sekurang-kurangnya mereka dapat dijadikan contoh bahwa dalam jiwa yang gelap dan tidak bertenaga, islam sebagai agama kehilangan sifatnya yang militant yang menurut pendapat umum yang dimilikinya, sedangkan lebih tepat menganggap watak berperang tersebut sebagai warisan bangsa-bangsa yang pertama melahirkan atau menganut agama islam. Agama islam di Annam, tidak murni lagi, banyak yang tercemar oleh praktk-praktek sihir dan bekas-bekas kepercayaan pribumi. Dalam praktek keagamaan, para imam (penghulu) di Annam (Binh Thuan), bukan saja tidak mengerti bahasa arab melainkan juga sukar pula membaca aksara arab. Surah-surah dan do’a-do’a dihapalnya diluar kepala tetapi dilafalkannya dengan sangat berbeda dengan aslinya. Kita lihat contoh berikut ini:
o Bahasa Arab: Bismillaahirrahmaanirrahiimi
OóÎ0 !$# Ç`»uH÷q§�9$# ÉOŠÏm§�9$#
Bahasa Camp: Abih similla hyor rah monyor rah himik.
o Bahasa Arab: Allahu akbar, la ilaha illallah allahu akbar
Bahasa Cam: Aulahu akkabar , la ilaha illauwahuk wuwukwahuk akkabar
Dilain pihak, orang Camp di Kamboja merupakan masyarakat yang bersatu padu dan sadar, yang lambat laun bertambah juga jumlahnya dan kekuatannya, hal yang tak perlu diherankan untuk Negara yang kesuburan wanitanya diimbangi oleh tingginya angka kematian anak-anak. Apakah hal ini harus ditanggapi sebagai akibat kebebasan yang dinikmatinya dibandingkan dengan orang sebangsanya di
Dapatlah disimpulkan bahwa agama islam yang dipahami dengan baik daripada di Annam oleh orang Camp dan Melayu di Kamboja yang seagama, dan kegiatan dan keberhasilannya sama pula, telah bekerja bagaikan api semangat pada bangsa yang demikian santai sifanya itu? Kesimpulan itu dapat diterima tetapi dalam batas-batas tertentu saja, karena orang Camp di Annam tak kalah merosot dengan orang
E. Orang Camp Hijrah Ke Kamboja
Kehadiran kaum Cam di Kamboja adalah umumnya disebabkan tekanan Nam-tien. Kamboja terletak di bagian Timur Asia, berbatasan dengan Thailand dari arah utara dan barat, Laos dari arah utara dan Vietnam dari arah timur dan selatan. Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk 11.400.000 jiwa, 6% beragama Islam dan mayoritas beragama Budha serta minoritas beragama Katholik. Beberapa ahli sejarah beranggapan bahwa Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Sepanjang sejarah Kamboja baru-baru ini, kaum muslim tetap teguh menjaga pola hidup mereka yang khas, karena secara agama dan peradaban mereka berbeda dengan orang-orang Khmer yang beragama Budha. Mereka memiliki adat istiadat, bahasa, makanan dan identitas sendiri, karena pada dasarnya, mereka adalah penduduk asli kerajaan Campa yang terletak di Vietnam yang setelah kehancurannya, mereka hijrah ke negara-negara tetangga di antaranya Kamboja, ini terjadi sekita abad ke-15 Masehi.
Pada permulaan tahun 70-an abad ke-20, jumlah kaum muslimin di Kamboja sekitar 700 ribu jiwa. Mereka memiliki 122 mesjid, 200 mushalla, 300 madrasah islamiyyah dan satu markaz penghafalan al-Qur'an al-Karim.
Sejak kehilangan kerajaan Campa, masyarakat
Mereka yang datang ke Kamboja terdiri dari berbagai kelas sosial. Mereka diterima oleh orang Khmer, dari masyarakat umum sehingga keluarga raja. Pelarian Cam diterima dan disenangi oleh keluarga diraja. Sebagai contoh, pada tahun 1692 mereka diberi perlindungan oleh Raja Jayajettha III (1677-1705). Raja Jayajetta III mengizinkan mereka mendiami beberapa bagian Srok Khmer (Kamboja) di antaranya kawasan Oudong (ibu kota negara Kamboja pada masa itu), dalam propinsi Thbaung Khmum, Stung Trâng dan berbagai kampung di Kamboja. Mereka diperbolehkan tinggal di mana saja dalam wilayah Kamboja. Pada abad ke-19 kumpulan pertama orang Perancis yang tiba terkejut dengan hubungan, simbiosis yang terjalin dan mereka melihat “bagaimana orang Islam dan Buddha hidup bersama bagaikan adik-beradik.” [11]
Kini, disebabkan posisi tersebut, masyarakat Camp, bersama dengan masyarakat Melayu yang datang dari Nusantara, menghuni di seluruh kawasan Kamboja. Walau bagaimanapun konsentrasi penduduk berpusat di tebing Tonle Thom (sungai Mekong) (dari Kratie ke Phnom Penh), tebing sungai Tonle Sap, (dari Phnom Penh ke Kompong Chhnang, khususnya di Chraing Chamres, Khleang Sbek dan Kompong Luong), di kawasan Tasik Tonle Sap dan di daerah Kampong Cham, Pursat, Battambang dan Kompot. Mereka juga terdapat di kawasan pinggiran
Sebuah manuskrip
Sepanjang sejarah masyarakat Cam di Kamboja, mereka, bersama orang Khmer, telah melalui banyak kisah suka duka termasuk zaman pembunuhan beramai-ramai oleh rezim Pol Pot yang banyak melakukan penganiayaan kejam terhadap penduduk Kamboja pada tahun 1975-1979.
Kejatuhan negara Republik Khmer (Kemboja) pimpinan Lon Nol kepada pihak komunis yang dikenal sebagai Khmer Rouge (Khmer merah) pada bulan April 1975, satu rezim zalim, ganas dan tidak berperikemanusiaan yang dibangun oleh Khmer Rouge di bawah pimpinan Pol Pot. Pemerintahan ini bertujuan untuk membersihkan dan mewujudkan suatu masyarakat Khmer bercorak sosialis yang ‘ideal’. Kota-kota besar seperti Phnom Penh dikosongkan, kehidupan berkeluarga dimusnahkan dan agama-agama seperti Islam, Buddha dan Kristian dihapuskan. Peristiwa ini telah mengakibatkan satu jutaan orang rakyat Khmer mati dianiyaya, dipenjara dan dibunuh dengan sewenang-wenang. Anggota bekas pemerintahan Lon Nol dan tentara, apabila dapat dikenali, dibunuh. Akibat dari kekejaman Khmer Rouge itu, rakyat Kamboja terpaksa melarikan diri ke negara-negara tetangga, terutama sekali Thailand dan Malaysia mencari perlindungan.
Dalam bulan April itu juga
Karena dengan kejatuhan Kamboja pada April 1975 hingga tahun 1979, pelarian-pelarian tersebut mulai membanjiri Thailand dan antara mereka itu terdapat sejumlah pelarian Khmer Islam yaitu orang Melayu dan Camp yang beragama Islam. Pelarian-pelarian itu berpusat di kawasan Aranyaprathet, sebelah timur Thailand dekat dengan Kamboja. Kebanyakan dari pelarian itu beragama Buddha dan mereka mendapat layanan orang Thai yang juga beragama Buddha. Pelarian Khmer Islam atau Melayu-Cam juga mendapat layanan orang Thai bergama Islam melalui beberapa perkumpulan Islam Thai di Bangkok. Walau bagaimana pun pelarian Melayu-Cam itu menarik untuk mendapatkan perlindungan di Malaysia, khususnya ke Kelantan karena ada di kalangan pelarian Melayu-Cam itu yang mempunyai sanak saudara dan juga kenalan di Kelantan.
Karena berkali-kali terjadi peperangan dan kekacauan perpolitikan di Kamboja dalam dekade 70-an dan 80-an lalu, mayoritas kaum muslimin hijrah ke negara-negara tetangga dan bagi mereka yang masih bertahan di sana menerima berbagai penganiayaan; pembunuhan, penyiksaan, pengusiran dan penghancuran mesjid-mesjid dan sekolahan, terutama pada masa pemerintahan Khmer Merah, mereka dilarang mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, hal ini dapat dimaklumi, karena Khmer Merah berfaham komunis garis keras, mereka membenci semua agama dan menyiksa siapa saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, muslim, budha ataupun lainnya. Selama kepemerintahan mereka telah terbunuh lebih dari 2 juta penduduk Kamboja, di antaranya 500.000 kaum muslimin, di samping pembakaran beberapa mesjid, madrasah dan mushaf serta pelarangan menggunakan bahasa Campa, bahasa kaum muslimin di Kamboja.
Baru setelah runtuhnya rezim Khmer Merah ke tangan pemerintahan baru yang ditopang dari Vietnam, secara umum keadaan penduduk Kamboja mulai membaik dan kaum muslimin yang saat ini mencapai kurang lebih 45.000 jiwa dapat melakukan kegiatan keagamaan mereka dengan bebas, mereka telah memiliki 268 mesjid, 200 mushalla, 300 madrasah islamiyyah dan satu markaz penghafalan al-Qur'an al-Karim. Di samping mulai bermunculan organisasi-organisasi keislaman, seperti Ikatan Kaum Muslimin Kamboja, Ikatan Pemuda Islam Kamboja, Yayasan Pengembangan Kaum Muslimin Kamboja dan Lembaga Islam Kamboja untuk Pengembangan. Di antara mereka juga ada yang menduduki jabatan-jabatan penting dipemerintahan, seperti wakil perdana menteri, menteri Pendidikan, wakil menteri Transportasi, dua orang wakil menteri agama dan dua orang anggota majelis ulama.
Sekalipun kaum muslimin dapat menjalankan kegiatan kehidupan mereka seperti biasanya dan mulai mendirikan beberapa madrasah, mesjid dan yayasan, namun program-program mereka ini mengalami kendala finansial yang cukup besar, melihat mereka sangat melarat. Ini dapat dilihat bahwa gaji para tenaga pengajar tidak mencukkupi kebutuhan keluarga mereka. Disamping itu sebagian kurikulum pendidikan di beberapa sekolah agama sangat kurang dan tidak baku.
Saat ini kaum muslimin Kamboja berpusat di kawasan Free Campia bagian utara sekitar 40 % dari penduduknya, Free Ciyang sekitar 20 % dari penduduknya, Kambut sekitar 15 % dari penduduknya dan di Ibu Kota Pnom Penh hidup sekitar 30.000 muslim. Namun sayang, kaum muslimin Kamboja belum memiliki media informasi sebagai ungkapan dari identitas mereka, hal ini dikarenakan kondisi perekomomian mereka yang sulit.
BAB III.
PENUTUP
Pencaplokan negeri Campa oleh orang
Sejak saat itu bangsa
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan kita lihat bahwa sepanjang sejarah masyarakat Camp, mereka berpindah-pindah, atau berhijrah dari sebuah negeri ke sebuah negeri yang baru untuk mencari perlindungan dari sesuatu peristiwa yang yang terjadi. Sejak abad ke 10 lagi bermula dari seri peperangan dengan tetangganya di utara, pusat kerajaan Campa terpaksa dipindahkan sedikit demi sedikit sehingga ke kehilangan untuk selama-lamanya pada tahun 1835. Akibat dari itu rakyat kerajaan Campa, orang
Orang Campa sebagian besar beragama islam, sehingga pada karya tulis ini apabila menyebut Camp, yang dimaksud adalah orang
Pertanyaan kemudian muncul. Yang mana lebih dulu islam masuk dan berkembang di
Berdasarkan fakta bahwa, islam ada di Kanton (Cina) pada abad ketujuh, yang dibawah oleh sahabat nabi Saad bin Lubaid. Jika Islam masuk di Pasai pada abad ke-7, ini bersamaan dengan masuknya islam di Kanton, karena jalur perdagangan. Kalau pernyataan ini benar, kemungkinan islam masuk di Indocina lebih kurang pada abad itu juga, karena jalur perdagangan antara
Lampiran-lampiran
Peta Kerjaan Campa
Peta persebaran masyarakat Melayu-Camp di Indocina
Daftar Pustaka
Ecole Francaise D’Extreme-Oreient.1981.Kerajaan Campa.
Ismail Hussein, P.B. Lafont dan Po Dharma (Penyt.). 1995. Dunia Melayu dan Dunia Indocina. Dewan Bahasa dan Pustaka
H. Nur Syamsi Nurlan, Zubairi Hasan.2007. Pergulatan Pengusaha Muslim di Nusantara,
Jejak Pemikiran Islam Korporatis. Katulistiwa Press.
2007. Sunan Ampel Berdarah Cina.
[1] Daerah Campa terakhir yang direbut Dai Viet adalah Panduranga.
[2] Jawa dalam istilah Campa bererti orang-orang dari Nusantara berbahasa Melayu, bukannya orang Jawa sekarang
[3] Putri Jawa bernama Tapasi, berdasar prasasti Po Sah (dekat desa Chakling, sebelah selatan lembah Phanrang). Lihat Ecole Francaise D’Extreme-Oreient.1981.Kerajaan Campa. Hal 249
[4] Putri Campa bernama Daravati yang sudah memeluk islam atas jasa Makdum Ibrahim Asmara (ayah sunan Ampel)
[5] Berkuasanya rezim kemunis Khmer merah di Kamboja dan kemenangan komunis di Vietnam.
[6] Lihat peta kerajaan Campa pada lampiran
[7] Pusat kerajaan Campa waktu itu adalah Vijaya
[8] Mak Phœun, ‘La communauté malaise musulmane’, hal. 83; Mak Phœun, Histoire du Cambodge de la fin du XVIe siècle au début du XVIIIe siècle, Paris: EFEO, 1995, hal. 397–98; Mohamad Zain, ‘Kehadiran Orang Melayu’. For their arrivals before 1471, see Jacq-Herlgoualc’h, ‘L’armée du Campa…’, hal. 27–46. Penakluan
[9] Setelah terjadi perang dengan Khmer merah di Kamboja dan penguasaan Komunis di Vietnam
[10] Ecole Francaise D’Extreme-Oreient.1981.Kerajaan Campa. Hal 251-253
[11] Auguste Pavie,
[12] Raden Rahmat (sunan Ampel) adalah keponakan Daravati, putri Campa, istri Raja Brawijaya V