Sejarah Perkembangan Tes DAP
Tes DAP (Draw A Person) atau juga sering disebut DAM (Draw A Man) merupakan salah satu bentuk alat tes Psikologi yang sering kita jumpai di saat proses assessment psikologi. Tes DAP atau DAM termasuk tes individual. Pada tahun 1926, Goodenough mengembangkan Draw-A-Man (DAM) Test untuk memprediksi kemampuan kognitif anak yang direfleksikan dari kualitas hasil gambarnya. Asumsinya: akurasi dan detail gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan intelektual anak. DAM test ini digunakan untuk anak usia 3 – 10 tahun.
Pada tahun 1948, Buck mengembangkan House-Tree-Person (HTP) Test à gambar rumah dan pohon yang memiliki kedekatan dengan kehidupan seseorang yang juga termasuk tes proyeksi.
Tahun 1949, Machover mengembangkan Draw-A-Person (DAP) Test sebagai teknik untuk mengukur kepribadian. Machover mengembangkan sejumlah hipotesis berdasarkan obeservasi klinis dan penilaian intuitif. Misal, ukuran gambar berkaitan dengan tingkat self-esteem, penempatan gambar dalam kertas merefleksikan suasana hati dan orientasi sosial seseorang.
Selanjutnya tahun 1951, Hulse mengembangkan Draw-A-Family (DAF) Test, DAP secara luas kemudian dikembangkan oleh Hammer (1958), Headler (1985), Urban (1963), Koppitz (1968, 1984).
Tahun 1963, Harris membuat revisi DAM Test dengan menambahkan dua form baru (anak bukan hanya diminta untuk menggambar seorang laki-laki, tetapi juga seorang wanita, dan gambar dirinya sendiri, sistem skoring yang lebih detail, dan standarisasi yang lebih luas.
Seorang tokoh tes psikologi, Levy mengemukakan beberapa kemungkinan dalam penggunaan Tes DAM (Draw A Man) atau tes DAP (Draw A Person), diantaranya sebagai berikut:
1. Gambar orang tersebut merupakan proyeksi dari self concept
2. Proyeksi dari sikap individu terhadap lingkungan
3. Proyeks dari ideal self image-nya
4. DAM sebagai suatu hasil pengamatan individu terhadap lingkungan
5. Sebagai ekspresi dari pola-pola kebiasaan (habit pattern)
6. Ekspresi dari keadaan emosinya (emotional tone)
7. Sebagai sikap subjek terhadap tester dan situasi tes tersebut
8. Sebagai ekspresi dari sikap individu terhadap kehidupan/masyarakat pada umumnya
9. Ekspresi sadar dan ketidaksadarannya.
Reliablitas dan Validitas Tes DAP
Reliabilitas test-retest DAP berdasarkan skoring kuantitatif dengan menggunakan panduan DAP yang dibuat oleh Harris (1963) didapatkan reliabilitas isi yang sedang (Median r = 0.74). Sedangkan reliabilitas interrater jauh lebih baik, yaitu median 0.90 untuk gambar laki-laki dan 0.94 untuk gambar wanita.
Dasar-Dasar Klinis
l Tubuh sebagai alat ekspresi diri
Proses menggambar yang dilakukan individu melibatkan identifikasi melalui proyeksi dan introproyeksi yang masuk ke dalam. Tubuh (the self) merupakan titik referensi yang paling intim dalam kegiatan apapun sehingga gambar orang yang melibatkan proyeksi bayangan tubuh merupakan suatu alat alamiah untuk menyatakan kebutuhan-kebutuhan tubuh dan konflik-konflik seseorang
l Suasana hati figur
Berdasarkan pengalaman Machover, “ekspresi” figur yang digambar mencerminkan “feeling tones”
Penyajian Tes DAP
Prinsip DAP dalam penyajiannya adalah bersifat individual. DAP merupakan battery test dengan tes proyeksi yang lainnya (misal BAUM, Wartegg, dsb).
a. Administrasi Tes DAP
o Material Tes
1. Kertas HVS folio
2. Pensil HP
3. Meja yang permukaannya rata
4. Penerangan yang cukup
o Waktu
Dalam psikologi klinis tidak dibatasi (± 20 menit)
o Instruksi
1. Tulis identitas diri Anda di sisi kanan atas. (nama, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan).
2. Silahkan saudara menggambar orang.
3. Yang tidak boleh dilakukan tester: memberikan jawaban yang bisa memancing ketegangan, mengarahkan atau jawaban yang bersifat normatif dan evaluatif.
4. Jika ada subjek yang mengatakan: “Saya tidak bisa menggambar”. Jawaban tester: “Gambarlah semampu anda”
5. Jika muncul kembali komentar: “Saya tidak bisa menggambar dengan baik”. Jawaban tester: “Tidak apa-apa, bukan baik dan jelek yang dilihat dari gambar tersebut”
o Selesai menggambar, testee diminta menuliskan:
1. Berapa usianya & apa jenis kelaminnya
2. Apa yang sedang ia lakukan
3. Apa cita-cita / keinginan yang terpendam dari orang tersebut
4. Uraikan kelebihan-kelebihan & kelemahan-kelemahan pribadi orang tersebut
b. Observasi dalam Tes DAP
o Orientative behavior
Cara menggambar/fokus terhadap tugas.
o Verbal behavior
Misal: doodling/gumaman
o Motor behavior
Gesture, ekspresi wajah
Interpretasi Tes DAP
Ada 3 prinsip dasar:
o Gerak : Secara umum mewakili vitalitas
o Ruang : Bagaimana subjek di lingkungan sosialnya
o Bentuk : Pengekspresian dirinya/sesuatu yang ditampilkan ke luar
1. Gerak (Tekanan, Arah coretan)
2. Ruang (Atas, Bawah, Tengah, Kiri, Kanan)
3. Bentuk
Jenis Kelamin:
- 87 % : Menggambar jenis kelaminnya sendiri
- Beberapa individu yang menggambar terbalik.
- Indikasi: mengalami kebingungan dalam identifikasi sexual dan adanya kedekatan dengan figur yang digambar. Cirinya: akan muncul pertanyaan, ”Boleh tidak menggambar kedua-duanya laki-laki karena saya tidak bisa menggambar perempuan?” atau “Ini seorang penari/pesenam yang ototnya besar (tidak jelas laki2 atau perempuan).
Tingkat ekspresif:
- Mencerminkan sesuatu yang hidup (gambarnya hidup).
Prinsip Bentuk:
- Bila gambar kabur/samar/memudar indikasi aktualisasi dorongan yang kabur dan tidak jelas, kurang berani menampakkan diri, ragu-ragu, kurang bergairah dan merasa tidak cocok dengan lingkungan.
- Bila gambar berupa sketsa indikasi cemas, takut, merasa tidak nyaman.
- Garis dasar yang berupa sketsa dan garis putus indikasi perasaan terisolir dari lingkungannya.
Prinsip Shading:
- 3 Dimensi : Kreatif
- 2 Dimensi : Dipenuhi oleh perasaan dan emosi serta fantasi yang bersifat emosional/khayalan
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam interpretasi tes DAP:
Kesan Awal
o Apakah yang digambar tua atau muda
o Sedih atau gembira
o Kuat atau Lemah
o Agresif atau pasif
Area-area penting dalam interpretasi tes DAP
1. Kepala
a. Tempat penghayatan mengenai diri atau ego.
b. Menemukan gambaran tentang bgm seseorang menggambarkan interaksinya dengan orang lain/lingkungan menurut konsepnya.
c. Bagian-bagian dari kepala: (Mata, Telinga, Mulut, Hidung, Dagu dan Rambut)
2. Lengan, tangan, bahu dan dada
a. Ukuran, bentuk, kekuatan, kemampuan meraih, derajat agresi dan tanda-tanda konflik lainnya.
b. Kesan-kesan yang muncul saat subjek mengamati area ini:
o Apakah subjek menarik diri dari lingkungan
o Berusaha meraih lingkungan
o Merasa aman atau terancam atau lemah
3. Torso (badan) / trunk of the body
a. Area ini mewakili betul bagaimana seseorang ingin tampil dan hal-hal apa saja yang ia tekankan dalam upayanya menampilkan diri di lingkungan.
b. Jika gambar figur telanjang dan bagian-bagian seksual ditonjolkan: subjek menyatakan pemberontakan terhadap masyarakat (figur ortu) atau dengan sadar menyadari konflik seksual.
c. Hal-hal lain dari pakaian:
o Dasi à sering dikaitkan dengan keterikatan/hambatan
o Kancing à kebutuhan akan perhatian/rasa aman
o Perhiasan à kurang percaya diri. Jika berupa anting-anting yang besar indikasi: menarik perhatian.
o Saku yang ditempatkan di dada indikasi infantil/dependen.
o Ikat pinggang à sering dikaitkan dengan kedisiplinan atau kekakuan/tekanan
4. Tungkai / paha dan kaki
a. Merupakan area yang banyak dikaitkan dengan kemandirian, arah, gerakan dan keseimbangan.
b. Pada pria kaki menggambarkan maskulinitas.
c. Ex : Gambar kaki yang terlalu panjang menunjukkan keinginan yang kuat untuk mandiri.
d. Jika digambar pertama (mendapat perhatian lebih) indikasi orang yang tidak berani mengekspresikan diri.
5. Activity / Passivity
Gambar Pasif :
Ø Kurang energi sehingga terlihat tidak energetik
Ø Dependent
Ø Kurang kompeten
Ø Merasa dirinya kecil
Gambar Pasif:
Ø Kurang energi sehingga terlihat tidak energetik
Ø Dependent
Ø Kurang kompeten
Ø Merasa dirinya kecil
6. Kelengkapan
Apakah ada bagian-bagian yang tidak digambar :
- Setiap bagian yang hilang/rusak dapat mengartikan “subjek memiliki permasalahan yang berhubungan dengan bagian yang rusak/hilang tersebut.
- Biasanya menggambarkan konflik dalam diri.
- Adanya shading atau penghapusan harus dieksplor lebih lanjut.