Alexander Schneiders mendefenisikan kesehatan mental sebagai: Ilmu yang mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis dan bertujuan untuk mencapai dan mencegah gangguan mental serta ketidakmampuan menyesuaikan diri.
Schneiders membagi kriteria kesehatan mental menjadi beberapa kategori (dalam bukunya Personality Dynamic and Mental Health) mengemukakan kriteria yang sangat penting dan dapat digunakan untuk menilai kesehatan mental. Kriteria itu dapat diurikan sebagai berikut (Schneiders, 1965).
1. Adequate contact with reality (Hubungan yang adekuat dengan kenyataan)
Dalam berbicara tentang kriteria penyesuaian diri, kita mengenal salah satu kriteria, yakni orientasi yang adekuat pada kenyataan. Dalam menilai kesehatan mental, kita menemukan sesuatu yang sangat serupa dengan orintasi, yakni konsep kontak, meskipun kedua istilah tersebut tidak memiliki arti yang persisi sama. Orientasi mengacu secara khusus pada sikap seseorang terhadap kenyataan, sedangkan kontak mengacu pada cara bagaimana atau sejauh mana seseorang menerima kenyataan --- menolaknya atau melarikan diri padanya.
Dengan demikian, seseorang yang terlalu menekankan masa lampau adalah orang yang tidak berorientasi pada kenyataan, sedangkan seseorang yang menggantikan keenyataan dengan fantasi/khayalan adalah orang yang telah menolak kenyataan. Orientasi yang kurang sangat mungkin berhubungan dengan ketidakmampuan menyesuaiakan diri dan gangguan-gangguan neurotic, sedangkan kontak yang tidak adekuat dengan kenyataan secara khas ditemukan pada pasien yang sangat kalut, seperti pasien skizofrenik.
2. Healthy attitude (Sikap-sikap yang sehat)
Sikap-sikap mempunyai kesamaan dengan perasaan dalam hubungannya dengan kesehatan mental. Dalam perjumpaan kita dengan kepribadian-kepribadian yang tidak dapat menyesuaiakan diri atau kalut, kita selalu teringat betapa pentingnya mempertahankan pandangan yang sehat terhadap hidup, orang-orang, pekerjaan atau kenyataan. Tidak mungkin kesehatan mental terjadidalam konteks kebenciandan prasangka, pesimisme dan sinisme, atau keputusaasaan dan kehilangan harapan. Sikap-sikap ini terhadap kesehatan mental sama seperti bakteri dan racun terhadap kesehatan fisik.
3. Control our thought and imagination (Pengendalian pikiran dan Imajinasi)
Pengendalian yang efektif selalu merupakan salah satu tanda yang sangat pasti dari kepribadian yang sehat. Ini berlaku terutama bagi proses-proses mental. Berkhayal secara berlebihan, misalnya, merusak kesehatan mental karena melemahkan hubungan antara pikiran dan kenyataan. Tanpa pengendalian ini, maka obsesi, ide yang melekat (pikiran yang tidak hilang-hilang), fobia, delusi dan symptom-symptom lainnya mungkin berkembang.
4. Integration our thought and conduct (Integrasi pikiran dan Imaninasi)
Hal ini juga penting bagi kesehatan mental adalah mengintegrasikan antara pikiran dan tingkah laku, suatu kualitas yang biasanya diindentikkan sebagai integritas pribadi. Pembohong yang patologik, psikopat, dan penipu mengalami kekurangan dalam integrasi pribadi dan sering kali cirinya adalah patologik
5. Integration of motives and resolution of conflict (Integrasi motif-motif dan pengendalian konflik/frustasi)
Kemampuan untuk mengintegarsikan motivasi-motivasi pribadi dan tetap mengendalikan konflik-konflik dan frustasi-frustasi dan konflik-konflik sama pentingnya dengan integrasi pikiran dan tingkah laku. Konflik yang hebat akan muncul apabila motif-motif tidak terintegrasi. Kebutuhan akan afeksi dan keamanan bisa bertentangan dengan otonomi, dorongan seks bia bertentangan dngan cita-cita atau prinsip-prinsip moral. Kecenderungan-kecenderungan yang bertentangan ini harus diintegrasikan antara satu dengan yang lainnya jika konflik-konflik dan frustas-frustasi itu dikendalikan.
6. Mental efficiency (Efesiensi mental)
Efesiensi dapat digunakan untuk menilai kesehatan mental. Tentu saja kepribadian yang mengalami gangguan emosional neurotic, atau tidak adekuat sama sekali tidak memiliki kualitas ini.
7. Adequate concept of self (Konsep diri yang sehat)
Perasaan-perasaan diri yang tidak adekuat, tidak berdaya, rendah diri, tidak aman, atau tidak berharga akan mengurangi konsep diri yang adekuat. Kondisi ini akan sulit menemukan kriteria lain dalam kesehatan mental. Ide ini dapat disamakan dengan penerimaan diri.
8. Feeling of security and belonging (Perasaan terhadap rasa aman dan penerimaan)
Integrasi yang dituhkan bagi kesehatan mental dapat ditunjang oleh perasaan-perasaan positif dan demikian juga sebaliknya perasaan-perasaan negative dapat mengganggu atau bahkan merusak kestabilan emosi. Perasaan-perasaan tidak aman yang dalam, tidak adekuat, bersalah, rendah diri, bermusuhan, benci, cemburu, dan iri hati adalah tanda-tanda gangguan emosi dan dapat menyebabkan mental tidak sehat. Sebaliknya, perasaan-perasaan diterima, cinta, memiliki, aman, dan harga diri sebagai tanda kesehatan mental. Dari perasaan-perasaan ini, perasaan aman mungkin sangat dominan karena pengaruhnya merembes pada hubungan antara individu dan tuntutan-tuntutan kenyatan.
9. Adequate ego integration (Integrasi ego yang adekuat)
Menurut White, “Identitas ego adalah diri atau orang di mana ia merasa menjadi dirinya sendiri”(White, 1952). Dalam perjuangan yang tak henti-hentinya untuk menanggulangi tuntutan-tuntutan dari diri dan kenyataan dan untuk menangani secara tegas harus berpegang teguh pada integrasi kita sendiri. Kita harus mengetahui kita ini siapa dan apa.
Pada beberapa orang, identitas ego rupanya tidak tumbuh menjadi lebih stabil ketika mereka mendekati masa remaja atau masa dewasa, melainkan akan terjadi fiksasi-fiksasi pada tingkat-tingkat perkembangan yang tidak matang atau regresi apda cara-cara bertingkah laku yang lebih awal, serta akan terhambat kemampuan untuk bertindak secara efektif. Menurut White “Apabila identitas ego tumbuh menjadi stabil dan otonom, maka orang tersebut akan mampu bertingkah laku lebih konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Semakin ia yakin akan kodrat dan sifat-sifat yang khas dari dirinya sendiri, maka semakin kuat juga inti yang menjadi sumber kegiatannya”.
10. A healthy emotional life (Emosional yang sehat)
Banyak kriteria penyesuaian diri dan kesehatan mental berorientasi kepada ketenangan pikiran/mental, yang seringkali disinggung dalam pembicaraan mengenai kesehatan mental, yang seringkali disinggung dalam pembicaraan mengenai kesehatan mental. Apabila ada keharmonisan emosi, perasaan positif, pengendalian pikiran dan tingkah laku, ingrasi motif-motif maka akan muncul ketenangan mental. Kita tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lain-lainnya. Ini berarti kesehatan mental, sepertipenyesuaian diri dan tidak diizinkan adanya symptom-symptom yang melumpuhkan. Respon-respon yang simptomatik, seperti delusi-delusi, lamunan, atau halusinasi, langsung bertentangan dengan kestabilan mental.
Sumber:
Yustinus Samiun,2006.Kesehatan Mental (Jilid Satu).Yogyakarta: Kanisius