Tuna Gragita dan Tuna Daksa


BAB I

PENDAHULUAN

Selama hidup manusia tidak pernah statis, manusia selalu mengalami perubahan.Perubahan yang dialami manusia merupakan integrasi dari perubahan struktur dan fungsi, karena itu perubahan ini tergantung pada hal-hal yang dialami sebelumnya dan mempengaruhi hal-hal yang terjadi sesudahnya.

Perkembangan anak merupakan hasil proses pematangan dan hasil proses belajar sebagai hasil dari usaha dan latihan yang dilakukannya.Perkembangan tersebut meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan social dan tingkah laku social dan perkembangan kepribadian dimana keseluruhan perkembangan itu juga dipengaruhi oleh diri pribadi anak, orang tua dan lingkungan yang ada disekitar anak tersebut.

Namun, hal tersebut tidak berkembang secara sempurna bagi anak-anak yang terlahir secara “istimewa”.Anak-anak “istimewa” tersebut tidak dapat melewati keseleruhan tahap perkembangan secara baik , mereka mengalami hambatan dalam berbagai hal.Anak-anak tersebut membutuhkan bantuan-bantuan dan perlakuan- perlakuan “khusus” sesuai dengan kebutuhan yang mereka perlukan.Secara umum mereka tidak dapat melakukan segala sesuatu dengan “benar” dan mandiri, mereka membutuhkan pengarahan dan bimbingan untuk membantu dalam pembentukan diri yang positif, kematangan, proses perkembangan pribadi, intelektual, proses dan tingkah laku social, dll.

Pada makalah ini. Penulis hanya akan membahas anak-anak “istimewa” yang termasuk dalam anak-anak Tunagrahita dan Tunadaksa.Dimana anak-anak tersebut mengalami hambatan dalam bidang kemampuan intelektual dan penyesuaian diri secara social ( Tunagrahita) dan mengalami hambatan akibat keterbatasan fisik yang mereka punya ( Tunadaksa ).

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANAK TUNAGRAHITA

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau disebut juga retardasi mental, dimana hal itu juga menjelaskan bahwa hal tersebut ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi social.Keterbatasan kecerdasannya menyebabkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu, anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan khusus

Menurut AAMD ( American Association of Mental Deficiency ) mengemukakan bahwa keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual dibawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyusuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan.

Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal.Ada beberapa karakteristik umum tunagrahita, yaitu :

  • Keterbatasan intelegensi

Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca juga terbats.Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

  • Keterbatsan social

Anak tunagrahita mengalami hambatan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oelh karena tiu mereka membutuhkan bantuan.anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mamou memikul tanggung jawab social dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi.Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatau tanpa memikirkan akiatnya.

  • Keterbatasan fungsi mental lainnya

Anak tunagrahita memerlukan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya.mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya.anak tunagrahita tidak dapat mengahadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama..Ia memiliki keterbatasn dalam penguasaan bahasa, bukannya mengalami kerusakan artikulasi tetapi karena pusat pengolahan pengindraan katanya kurang berfungsi, mereka membutuhkan kata-kata konkret yang sering didengarnya.Latihan sederhana seperti mengejakan konsep-Konsep perlu pendekatan yang lebih real dan konkret ( misalnya : panjang dan pendek)

KRITERIA RETARDASI MENTAL

Memiliki fungsi intelektual yang dibawah rata-rata,yang disertai kekurangan dalam fungsi penyesuaian dan terjadi sebelum usia 18 tahun.

  1. Nilai Tes IQ <>
  2. Fungsi penyesuaian, kurang dalam hal keterampilan merawat diri,keterampilan social,dan mengarahkan diri (self directed)

KLASIFIKASI ATAU KATEGORI RETARDASI MENTAL

Berdasarkan pada taraf intelegensi tang diukur oleh tes Stanford binet dan skala Wescheler ( WISC).

1. Kategori ringan (Moron atau Debil)

· IQ = 50-55 sampai 70

· IQ 68 – 52, Tes Binet dan IQ 69 – 55 , Tes WISC

· Umumnya tidak mengalami gangguan fisik.

· Sulit dibedakan dari anak normal sampai mereka memasuki bangku sekolah (sulit mengikuti pelajaran layaknya anak normal/mengulang di kelas yang sama )

· Masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana.

· Dapat dididik menjadi tenaga kerja semi skilled seperti pekerjaan laundry, pertanan, peternakan, dll.

· Tidak mampu melakukan penyesuaian social secara independen, saat dewasa dapat merawat diri,dapat dilatih keterampilan tertentu,menikah dan memiliki anak dan bekerja.

· Umumnya berasal dari keluarga yang memiliki pendidikan formal,inteligensi,dan level sosial ekonomi yang rendah.

2. Kategori sedang (imbesil)

  • IQ = 35-40 samapai 50-55
  • IQ 51 – 36 , Tes binet dan IQ 54- 40 , TEs WISC
  • Sering ditemukan penderita mengalami kerusakan otak dan penyakit lain.
  • Ada kemungkinan mengalami disfungsi syaraf yang mengganggu keterampilan motorik.
  • Dapat dideteksi sejak bayi atau kanak-kanak awal karena koordinasi sensori motorik yang jelek dan selalu lambat perkembangan keterampilan verbal dan social.
  • Dapat dididik mengurus diri, meluindungi diri dari bahaya, dll.
  • Tidak dapat belajar secara akademik
  • Terdapat dihampir semua kelompok social ekonomi
  • Pada masa kanak-kanak dapat mengikuti kelas khusus yang lebih menekankan perkembangan keterampilan merawat diri.
  • Dapat bekerja,meskipun dengan keterampilan terbatas,dan di lingkungan tertentu saja serta ditempat terlindung.
  • Banyak yang hidup sangat tergantung pada keluarga dan kelompok khusus dengan bimbingan yang khusus pula.

3. Kategori berat (severe)

  • IQ = 20-25 sampai 35-45
  • IQ 32 – 20 , skala Binet dan IQ 39 – 25 , tes WISC
  • Memiliki abnormalitas fisik bawaan dan control sensori motor terbatas
  • Penyebab antara lain kurang oksigen pada saat lahir atau gangguan genetic
  • Sebagian besar penderita perlu perawatan dan bimbingan yang konstan.
  • Perlu latihan yang cukup lama untuk berbicara dan memperhatikan kebutuhan dasarnya.
  • Latihan perawatan diri diberikan di kelas khusus dengan porsi yang dilebihkan
  • Sebagai orang dewasa, penderita bisa menunjukkan kemarahan,meskipun hanya dapat bercakap-cakap mengenai hal yang kongkrit
  • Sulit untuk mandiri,dapat mengerjakan tugas sederhana,mudah lelah

4. Kategori sangat berat (profound)

  • IQ = dibawah 20-25
  • IQ dibawah 19 , tes Binet dan IQ dibawah 24, tes WISC
  • Perlu bimbingan penuh dan seringkali memerlukan perawatan seluruh aspek kehidupan
  • Banyak di antara penderita yang memiliki cacat fisik dan kerusakan syaraf
  • Angka kematian pada masa kanak-kanak cukup tinggi

CIRI-CIRI RETARDASI MENTAL :

1. Kekurangan dalam hal keterampilan adaptif.

Seperti, keterampilan komunikasi, social, akademik, sensori motor, menolong diri dan kerja.

2. Kekurangan dalam kemampuan kognitif umum.

Seperti : perhatian terhadap stimulus, kekurangan dalam memori jangka pendek, kecepatan memproses informasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi control bahasa.

KETERAMPILAN DAN PERKEMBANGAN ANAK TUNGRAHITA DALAM BERBAGAI HAL

A. Keterampilan Komunikasi

  • Penderita kategori ringan memerlukan lebih sedikit dukungan,sementara yang lebih berat mungkin perlu waktu beberapa tahun latihan bahasa yang intensif untuk dapat mengungkapkan kebutuhan dan perasaannya.

B. Keterampilan Sosial

  • Hal yang biasa bila penderita kategori ringan mengalami kesulitan untuk membuat dan menjaga pertemanan.
  • Penderita yang lebih berat menunjukkan sedikit kesadaran terhadap kebiasaan social. Namun mereka masih memiliki kemampuan dalam beberapa perilaku social,meskipun melalui komunikasi non verbal.
  • Kekurangan dalam ekspresi social bukan berarti mereka tidak bereaksi,bahkan sebetulnya lebih apa yang dirasakan lebih kuat dari pada yang terlihat.

C. Keterampilan Akademik (kognitif)

  • Penderita retardasi mental mengalami kesulitan dalam hal membaca,menulis,dan matematika. Namun mereka masih bisa melakukan hitungan sederhana agar dapat berbelanja,serta membaca buku sederhana.
  • Mereka juga mampu mempelajari rambu-rambu atau tulisan dijalan dan pertokoan,dan juga mampu menggunakan kalkulator.

D. Keterampilan Sensorimotor

  • Tidak selalu berkorelasi dengan tingakat retardasi mental
  • Banyak anak dengan retardasi mental berat dan sangat berat mengalami kerusakan sensori motor serius.

E. Keterampilan Menolong diri

  • Keterampilan ini berkaitan dengan aktifitas rutin dalam kehidupan sehari-hari,seperti mandi,berpakaian,makan dan menggunakan telepon
  • Anak dengan kategori ringan dan sedang mampu memperoleh berbagai keterampilan merawat diri.
  • Anak dengan kategori berat memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif agar dapat merawat diri

F. Keterampilan Kerja

  • Anak kategori ringan dapat diberi keterampilan yang diperlukan untuk menopang hidupnya.
  • Anak dengan kategori sedang juga dapat diberi keterampilan dan mampu melakukan pekerjaan sederhana.

G. Perhatian terhadap stimulus

  • Orang yang mengalami retardasi mental melihat dimensi yang berbeda dari suatu stimulus bila dibandingkan dengan orang normal. Bila di minta untuk menyeleksi dua objek berdasarkan satu atau lebih dimensi khusus,seperti ukuran,warna,dan bentuk,anak retardasi mental lebih memperhatikan dimensi warna dari pada bentuk dan ukuran.
  • Penderita retardasi mental juga lebih mudah memperhatikan posisi objek dari pada dimensi lainnya.

H. Fungsi Pelaksanaan

  • Anak retardasi mental gagal menggeneralisasikan strategi pada waktu dan latar belakang yang berbeda.
  • Kekurangan dalam fungsi pelaksanaan juga mencakup kekurangan dalam membuat perencanaan,memonitor kemajuan,mengatasi masalah,mengecek hasil untuk menyempurnakan atau mengoreksi.

I. Fungsi Kontrol Bahasa

  • Perilaku anak pertama kali dikendalikan oleh instruksi orang lain,anak belajar mengucapkan kata-kata dan bicara dalam hati
  • Kaitan antara bahasa dan tindakan inilah yang gagal terbentuk pada anak retardasi mental,sehingga menghasilkan kekurangan dalam pengaturan diri.
  • Inner language : aspek bahasa yang pertama kali berkembang, muncul pad usia 6 bulan, membentuk konsep-konsep sederhana, memahami hubungsn-hubunhan dan dapat bermain dengan mainan dalam situasi yang bermakna, tetapi pada anak tubagrahita hal ini tidak berkembang sempurna.
  • Receptive language : berkembang pada usia 8 bulan, anak mulai mengerti perintah, pada usia 4 tahun anak menguasai kemahiran mendengar , proses penerimaan memberikan perluasan kepada system verbal, pada anak tunagrahuta hal ini juga tidak berkembang.
  • Ekspresif Language : berkembnag setelah pemantapan pemahaman, anak tunagrahita tidak bisa menggunakan kalimat majemuk dalam percakapan hanya menggunakan kalimat tunggal, mengalami gangguan artikulasi, kualitas suara, dan ritme.Anak tunagrahita, mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicara dan tidak bisa mengekspresikan diri.

PENYEBAB RETARDASI MENTAL

1. Anomali genetic atau kromosom

  • Down Syndrom, trisotomi pada kromosom 21
  • Fragile X syndrome, malformasi kromosom X,yaitu ketika kromosom X terbelah dua. Mayoritas laki-laki dan sepertiga dari populasi penderita mengalami RM sedang.
  • Recessive gene disease, salah mengarahkan pembentukan enzim sehingga mengganggu proses metabolisme ( pheniyiketonurea )

2. Penyakit infeksi, terutama pada trisemester pertama karena janin belum memiliki system kekebalan dan merupakan saat kritis bagi perkembangan otak

3. Kecelakaan,trauma dikepala

4. Prematuritas

5. Bahan kimia yang berbahaya,keracunan pada ibu berdampak pada janin atau polutan lainnya yang terhirup oleh anak

DAMPAK KETUNAGRAHITAAN

Reaksi orang tua :

1. Perasaan melindungi secara berlebihan

· Proteksi biologis

· Perubahan emosi yang tiba-tiba : menolak kehadiran anak, menolak dengan resionalisasi, merasa berkewajiban untuk memelihara tetapi melakukan tanpa kehangatan, memelihara dengan berlebihan.

2. Perasaan bersalah melahirkan anak berkelainan :

· Merasa ada yang tidak beres dengan keturunan

· Merasa kurang mampu mengasuhnya

3. Kehilangan kepercayaan akan mempunyai anak yang normal

4. Terkejut dan kehilangan kepercayaan diri,kemudian berkonsultasi untuk mendapat berita-berita yang lebih baik

5. Orang tua merasa berdosa.

6. Mereka bingung dan malu,yang mengakibatkan orang tua kurang suka bergaul dengan tetangga dan lebih suka menyendiri.

Adapun saat-saat kritis itu terjadi ketika :

· Pertama kali mengetahui bahwa anaknya cacat.

· Memasuki usia sekolah

· Meninggalkan sekolah

· Orang tua bertambah tua sehingga tidak mampu lagi memelihara anaknya yang cacat.

B. TUNA DAKSA

Definisi Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Tuna Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita)

Tunadaksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pad tulang , otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal

KLASIFIKASI PENDERITA TUNA DAKSA

Menurut Frances G. Koening Tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan keturunan

· Club foot ( kaki seperti tongkat)

· Club hand (tangan seperti tongkat)

· Polydactylism (jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki)

· Syndactylism (jari-jari tang berselaput atau menrmpel satu dengan yang lainnya)

· Torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai dimuka)

· Spina bifida ( sebagian sumsum tulang belakang tidak tertutup)

· Cretinism (kerdil/katai)

· Mycrocephalus (kepala yang kecil, tidal normal)

· Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan)

· Clefpalats (langit-langit mulut yang berlubang)

· Herelip (ganguan pada bibir dan mulut)

· Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian paha)

· Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tertentu)

· Frederich ataxia (gangguan sumsum tulang belakang)

· Coxa valga (gangguan pad sendi paha)

· Sypillis (kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit syphilis)

2. Kerusakan pada waktu kelahiran

· Erb’s palsy (kerusakan syaraf lengan)

· Fraglitas osium (tulang yang rapuh, mudah patah)

3. Infeksi

· Tuberculosis tulang (menyerang sendi paha hingga menjadi kaku)

· Osteomyelitis (radang didalam dan disekeliling tulang belakang akibat bakteri)

· Poliomyletis (kelumpuhan akibat infeksi virus)

· Pott’s disease (tuberculosis sumsum tulang belakang)

· Still’s disease ( radang pada tulang)

· Tuberculosis pada lutut atau paha.0

4. Kondisi traumatic atau kerusakan traumatic

· Amputasi

· Kecelakaan akibat luka bakar

· Patah tulang

5. Tumor

· Oxoxtosis ( tumor tulang )

· Osteosis fibrosa cystic ( kista yang berisi cairan)

6. komdisi-kondisi lainnya

· flatfeet (telapak kaki rata)

· kyphosis ( bagian belakang sumsum tulang belakang yang cekung)

· Lordosis ( bagian muka sumsum tulang belakang yang cekung)

· Perthe’s disease (sendi paha rusak)

· Ricket (tulang lunak karena nutrisi)

· Scilosis (tulang belakang berputar, bahu dan paha miring)

Pada dasarnya kelainan pada anak tuna daksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu

(1) Kelainan pada sistem serebral (Cerebral System), dan

(2) Kelainan pada system otot dan rangka (Musculus Skeletal System).

a. Kelainan pada system serebral (cerebral system disorders). Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL).

Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut :

(a) derajat kecacatan

(b) topograpi anggota badan yang cacat dan

(c) Sisiologi kelainan geraknya.

Penggolongan Menurut Derajat Kecacatan Menurut derajat kecacatan, cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongan sedang, dan golongan berat.

1. Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.

2. Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.

3. Golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

Penggolongan Menurut Tipografi Dilihat dari tipografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Celebral Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan, yaitu:

1. Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misalnya kaki kiri, sedangkan kaki kanan dan keduanya tangannya normal.

2. Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan dan kaki kanan , atau tangan kiri dan kaki kiri.

3. Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.

4. Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri(paraple-gia).

5. Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.

6. Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruh anggota geraknya.

Mereka cacat pada kedua tangan dan kakinya. Quadriplegia bisa juga disebut triplegia.

Penggolongan Menurut Fisiologi Dilihat dari kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya(Motorik), anak Cerebral Palsy dibedakan menjadi:

1. Spastik. Tipe ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi berkurang.

2. Athetoid. Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya dapat digerakkan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol dan koordinasi gerak.

3. Ataxia. Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,. Kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat makan mulut terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.

4. Tremor. Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan bibir.

5. Rigid. Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.

6. Tipe Campuran. Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan.

b. Kelainan Pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System) Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.

Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:

a. Poliomylitis. Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.

b. Muscle Dystrophy. Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya. Penyebab terjadinya muscle distrophy belum diketahui secara pasti. Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia 3 (tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu gerakan-gerakan anak lambat, semakin hari keadaannya semakin mundur jika berjalan sering terjatuh tanpa sebab terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda.

PENYEBAB TUNADAKSA

Penyebab Tuna Daksa Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada system musculus skeletal. Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda.

Dilihat dari saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.

a. Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal) Pada fase, kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan, kerusakan disebabkan oleh:

a. Trauma, Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.

b. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.

c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.

d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.

e. Factor keturunan

f. Usia ibu pada saat hamil

g. Pendarahan pada waktu hamil

h. Keguguran yang dialami ibu.

b. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal) Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain:

a. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga
bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.

b. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.

c. Pemakaian anestasi (obat bius) yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.

c. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal) Fase setelah kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:

a. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.

b. Infeksi penyakit yang menyerang otak.

c. Anoxia/hipoxia.

d. Trauma

KAREKTERISTIK ANAK TUNADAKSA

Karakteristik Anak Tuna Daksa Derajat keturunan akan mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah ada halnya dengan tingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari llingkungan. Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tuna daksa antara lain:

a. Kelainan perkembangan/intelektual.

b. Gangguan pendengaran.

c. Gangguan penglihatan.

d. Gangguan taktik dan kinestetik.

e. Gangguan persepsi

f. Gangguan emosi.

PERKEMBANGAN FISIK ANAK TUNADAKSA

- Secara umum dapat dikatakan hampir sama dengan anak normal kecuali bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau bagian tubuh lain yang terpengaruh oleh kerusakan itu.

- Dalam mengaktualisasikan diri secara utuh, anak tunadaksa biasanya dikompensasikan oleh bagian tubuh yang lain. Contoh bila ada kerusakan pada tangan kanan, sebagai kompensasinya tangan kiri akan lebih berkembang.

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNADAKSA

- Ptroses adaptasi induvidu terdiri dari asimilasi dan akomodasi

- Keadaan anak tunadaksa menyebabkan gangguan dan hambatan dalam keterampilan motorik.

- Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak (motorik) kehidupan anak tersebut.

- Anak tidak mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi.

- Hal inilah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak

Inteligensi anak tunadaksa

Menurut Lee (1931);

  1. IQ mereka berkisar antara 35–138 (range)
  2. Rata-rata IQ mereka 57 (mean)
  3. Yang lainnya

a. Anak polio IQ 92

b. Anak TBC tulang IQ 88

c. Anak cacat congenital IQ 61

d. Anak Spastis IQ 69

e. Anak cacat pada pusat syaraf IQ 74

PERKEMBANGAN BAHASA ATAU BICARA ANAK TUNADAKSA

- Pada anak jenis polio perkembangan bahasa tidak begitu berbeda dengan anak normal

- Pada anak cerebral palcy terjadi gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam koordinasi motorik organ bicara karena kelainan system neuromotor.

- Akibatnya sulit mengungkapkan pikiran dan keinginan serta kehendaknya.

- Mereka mudah tersinggung merasa terasing dari keluarga dan teman-temannya.

PERKEMBANGAN EMOSI ANAK TUNADAKSA

- Anak yang tunadaksa sejak kecil mengalami perkembangan emosi secara bertahap sebagi anak tunadaksa.

- Anak yang tunadaksa setelah besar mengalaminya sebagai suatu hal yang mendadak dan sulit diterima anak karena itu suatu kemunduran.

- Dukungan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak.

PERKEMBANGAN SOCIAL ANAK TUNADAKSA

- Sikap lingkungan sekitar berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri anak tunadaksa. Dengan demikian akan mempengaruhi respon sebagian terhadap lingkungannya.

- Jika masyarakat menganggapnya tidak berdaya maka ia akan merasa dirinya tidak berguna.

- Keterbatasan kemampuan anak tunadaksa menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK TUNADAKSA

Dalam hal ini anak-anak tunadaksa memiliki beberapa hambatan :

  1. Masalah penyesuaian diri dan mempertahankan konsep diri.
  2. Hambatan yang terletak antara tujuan ( goal ) dan keinginan untuk mencapai tujuan tersebut.

Perkembangan kepribadian anak tunadaksa dipengaruhi oleh beberapa hal :

· Tingkat ketidakmampuan akibat ketunadaksaan.

· Usia ketika ketubadaksaan itu terjadi

· Nampak atau tidaknya kondisi ketunadaksaan

· Dukungan keluarga dan masyarakat pada anak tunadaksa.

· Sikap masyarakat terhadap anak tunadaksa.

DAFTAR PUSTAKA

Somantri, sutjihati, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Reditama.

www.Google.com



Related post:

1. Psikologi Klinis-Abnormal-KesMen-Psikoterapi